Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merisaukan merebaknya perilaku fitnah dan penyebaran berita bohong yang semakin muncul akhir-akhir ini.
Dalam sambutan peringatan Natal Bersama Tingkat Nasional 2009 di Jakarta Convention Center, Minggu malam, Presiden menyampaikan keprihatinan terhadap fenomena sosial dan politik yang menurut dia merusak sendi-sendi kehidupan bernegara tersebut.
"Saya menyampaikan keprihatinan atas sejumlah fenomena sosial politik yang muncul akhir-akhir ini yang saya nilai merusak sendi-sendi kehidupan kita, tiada lain munculnya sejumlah tabiat dan perilaku berdasarkan fitnah, berita-berita bohong dan fiksi, daripada fakta dan kebenaran," tuturnya.
Selain merebaknya fitnah dan berita bohong, Presiden juga mengkhawatirkan munculnya perilaku kasar dan suasana kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah elemen masyarakat dalam mengekspresikan kebebasan mereka.
"Semua tabiat itu sudah melampaui batas kemampuan yang dapat diterima dasar moral, etika, dan budi pekerti yang semuanya menjadi ajaran utama agama," ujarnya.
Apabila perilaku seperti itu terus dibiarkan, Kepala Negara mengingatkan, maka kehidupan masyarakat akan terganggu dan melemah. Kehidupan tenteram, lanjut dia, akan digantikan oleh kehidupan penuh prasangka, kegaduhan, dan permusuhan.
Presiden mengajak semua pihak untuk menghentikan tabiat-tabiat tidak terpuji dan sebaliknya menerapkan tata kehidupan yang mencerminkan kehidupan berlandaskan ajaran agama.
"Mari bersama-sama menyerukan penolakan kepada fitnah, berita bohong, dan perilaku kasar," ujarnya.
Setelah beberapa kali Presiden melontarkan pernyataan yang menilai merebaknya berita kasus Bank Century yang mengaitkan dirinya sebagai fitnah, kali ini nama Presiden Yudhoyono kembali disebut-sebut menerima aliran dana untuk Pemilu 2009 dari sejumlah BUMN dalam buku karya George Junus Aditjondro berjudul "Gurita Cikeas".
Selaku Kepala Negara, ia mengajak para pemuka semua agama untuk mengambil peran konstruktif guna memberikan bimbingan agama kepada umat masing-masing agar setiap pikiran dan tindakan masyarakat selalu didasari ajaran agama.
Presiden dalam pidatonya mengingatkan suasana aman, tenang, dan damai yang bisa dinikmati pada perayaan Natal 2009 adalah hasil kerja keras bersama pemerintah dan masyarakat setelah pada beberapa tahun lalu pernah diselimuti oleh teror bom.
"Suasana ini harus dapat dipertahankan dan diteruskan. Ke depan, perayaan agama apa pun harus berlangsung dalam suasana seperti ini," demikian Presiden.(*)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009