Medan (ANTARA News) - Bank Indonesia memperkirakan penyaluran kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) di Sumut pada 2009 diatas 50 persen menyusul semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi daerah itu.

"Hingga Oktober peyaluran kredit ke UKM sudah mencapai 49 persen dari total kredit yang disalurkan perbankan yang sebesar Rp68,29 triliun," kata Pemimpin BI Medan Gatot Sugiono, di Medan, Minggu.

Prakiraan meningkatnya kredit untuk UKM, kata dia, mengacu usaha UKM semakin berkembang dan sudah terbukti mampu bertahan pada benturan krisis ekonomi, sehingga bank semakin mempercayai pengusaha UKM itu.

"Semakin otimistis karena potensi UKM di Sumut cukup besar, mulai dari produk makanan, minuman, kerajinan hingga hasil agro," katanya.

Pada Oktober kredit untuk pengusaha UKM di Sumut sudah sebesar Rp33,41 triliun, naik sedikit dibandingkan posisi September yang masih Rp33,07 triliun dan bahkan di Juli yang sejumlah Rp31,69 triliun.

Pertumbuhan kredit untuk UKM itu semakin dinilai menggembirakan karena justru bertumbuh ditengah terjadinya penuruan penyaluran kredit secara menyeluruh di posisi Oktober.

BI masih akan terus mengimbau perbankan menyalurkan kredit lebih banyak lagi kepada pegusaha UKM meski kehati-hatian harus tetap dilakukan. Potensi UKM Sumut masih sangat besar, katanya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga, mengatakan masih sebagian kecil pengusaha UKM di Sumut yang tersentuh perbankan.

Bahkan ironisnya, kata dia, yang menyentuh UKM bukannya perbankan BUMN, tetapi swasta.

"UKM masih malas ke bank, karena persyaratannya yang masih banyak dan berbelit. Jadi mereka lebih memilih rentenir dan nyatanya begitu-pun mereka masih eksis dan tetap mampu membayar bunga kredit yang cukup besar," katanya.

Menurut Jhon, potensi UKM di Sumut sangat besar, bahkan sudah mampu membantu pertumbuhan ekonomi di saat dilanda krisis.

Dia memberi contoh usaha konveksi yang sudah menembus pasar Malaysia dan Singapura, dimana sebagian besar nyatanya juga belum tersentuh kredit perbankan.

Pengrajin hasil kerajinan tangan, Linda, menyebutkan, pengrajin masih kesulitan bahkan cenderung enggan menggunakan jasa bank karena birokrasi yang berbelit termasuk soal agunan untuk mendapatkan kredit.

Padahal, kata dia, bank bisa menjadikan usaha UKM itu sebagai agunan, sehingga tidak perlu harus ada surat tanah atau rumah yang menjadi jaminan.

"Ada juga bank yang mudah memberikan pinjaman, tetapi suku bunga kreditnya sangat tinggi sehingga pengusaha takut," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009