Kediri (ANTARA News) - Para wisatawan berebut makanan sesajen yang dibuat dalam kegiatan ritual anak Gunung Kelud (1.731 mdpl) di lokasi gunung yang pernah meletus November 2007 lalu.
"Sesajen ini diumpamakan rejeki. Dengan ini, kami berharap, selalu diberi rejeki oleh Tuhan," kata Erik, salah seorang wisatawan yang ditemui di sela-sela ritual, Minggu.
Ia mengaku, datang dengan anggota keluarganya untuk melihat ritual tersebut. Selain itu, ia juga mengaku masih penasaran dengan perubahan gunung yang pernah meletus sekitar tahun 2007 tersebut.
Dalam ritual tersebut, dipimpin langsung oleh sesepuh desa. Berbagai makanan lengkap dengan lauk pauknya dibuat. Seluruh makanan lengkap dengan sayur, lauk, serta buah-buahan tersebut kemudian ditaruh di depan lokasi tangga menuju ke kawah.
Mbah Misni, yang merupakan sesepuh desa memimpin kegiatan tersebut. Ia berharap, dengan kegiatan itu, gunung yang membawa kesuburan bagi warga Ngancar dan sekitarnya tersebut tidak lagi mengamuk.
"Kami berharap, dengan ritual ini, warga diberi keselamatan dan rejeki yang berlimpah," kata Mbah Misni.
Setelah beberapa lama membaca doa, akhirnya sesajen tersebut diperbolehkan untuk dimakan. Beberapa di antaranya ditaruh di kaki anak Gunung Kelud yang merupakan material batu sisa letusan sebelumnya yang terangkat.
Dalam pembagian tersebut, sempat terjadi adu dorong. Warga maupun wisatawan yang memadati lokasi kaki gunung, berebut untuk mendapatkan makanan. Beruntung, dalam insiden tersebut tidak ada yang terluka.
Kepala Desa Ngancar, Bejo Utami mengatakan, kegiatan ritual ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan desa. Selain sebagai wujud syukur atas rejeki yang dilimpahkan, kegiatan itu juga sebagai wujud doa agar warga selalu diberi keselamatan.
"Ini agenda tahunan. Kami berharap, dengan kegiatan ini, warga diberi keselamatan dan rejekinya bisa berlimpah," katanya mengungkapkan.
Sementara itu, penjaga pos Gunung Api (PPGA) Gunung Kelud, Koirul Huda mengatakan, kondisi Kelud saat ini relatif tenang ketimbang sebelumnya.
Bahkan, ia mengatakan, hampir tidak ada aktivitas di gunung yang pernah meletus secara "effusif" atau tertahan November 2007 tersebut.
"Saat ini, kondisi gunung relatif tenang. Tidak terdata kegiatan yang menunjukkan aktivitas yang tinggi," kata Koirul.
Walaupun begitu, pihaknya tidak ingin kecolongan. Ia mengaku selalu siap, dan memantau seluruh aktivitas gunung tersebut, mengingat potensi untuk letusan masih cukup tinggi.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009