Dosen Ilmu Komunikasi Unair tersebut menuturkan, Minggu, seharusnya sebagai salah satu media pemberitaan, tayangan infotainment tidak menampilkan kehidupan pribadi para selebritis namun lebih pada prestasi dan karya-karya yang mereka dapatkan.
"Tayangan infotainment seharusnya tidak memberitakan gosip perceraian dan kehidupan pribadi artis, tapi lebih pada prestasi dan karya yang telah mereka dapatkan," katanya menjelaskan.
Ia mencontohkan, jika ada seorang aktor atau aktris sedang melakukan proses pembuatan film, bukan kehidupan pribadi dan masalah perceraian yang diangkat tapi lebih pada kupasan film sepanjang hal tersebut bisa memberikan manfaat pada publik.
Suko juga menambahkan, tayangan infotainment Indonesia berbeda dengan tayangan infotainment yang ada di luar negeri.
"Tayangan infotainment di luar negeri justru mengupas semua prestasi dan karya yang diciptakan oleh seorang artis atau aktor, namun di Indonesia berkebalikan karena jurnalis infotainment malah mengupas kehidupan pribadi, seperti anaknya artis ulang tahun, artis jalan-jalan, dan sebagainya," katanya.
Karena tayangan infotainment yang terlalu berlebihan seperti itu, maka ia berharap jurnalis infotainment bisa belajar dari para jurnalis non-infotainment.
"Para jurnalis infotainment harus didik sumber daya manusianya agar bisa menghasilkan tayangan yang mendidik dan berkualitas untuk publik," katanya.
Menurutnya, dengan cara mendidik SDM jurnalis infotainment, maka, infotainment bisa tetap berjalan dengan isi atau containt yang berkualitas.
Mengenai prediksi infotainment selanjutnya, Suko hanya mengatakan bahwa hal tersebut tergantung dari pihak infotainment.
"Tergantung dari mereka, kalau mereka mau berubah, menurut saya itu bagus. Namun, jika tidak infotainment masih tetap menjadi salah satu tayangan yang tidak memberikan kualitas edukasi dan informasi kepada publik," ucapnya. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
saya sependapat dengan bapak Suku Widodo itu.