Yogyakarta (ANTARA News) - Para pekerja tidak pernah menduga ketika menggali tanah untuk fondasi gedung perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada Jumat (10/12) mereka menemukan batu berukir yang diperkirakan merupakan bagian dari struktur candi.
Mereka kemudian melaporkan kepada pimpinan UII yang kemudian menghentikan sementara proyek pembanguan gedung perpustakaan untuk memberikan kesempatan kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta untuk meneliti keberadaan struktur candi tersebut.
Menurut pengamat budaya dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta Prof Ki Supriyoko, jika struktur candi yang ditemukan di kampus UII Jalan Kaliurang Km 14 itu benar-benar candi kuno tentu akan menjadi bagian dari benda cagar budaya yang keberadaannya dilindungi oleh undang-undang (UU).
"Jika candi kuno yang ditemukan di kampus UII benar-benar merupakan benda cagar budaya tentu kita gembira karena akan melengkapi peradaban bangsa. Selama ini bangsa kita telah memiliki ratusan candi kuno yang menjadi benda cagar budaya," katanya.
Saat ini pihak BP3 Yogyakarta bekerja sama dengan UII sedang meneliti lebih lanjut tentang temuan struktur candi kuno tersebut dan dalam waktu dekat segera diperoleh kepastian "kecandian" dan "kekunoan" atas temuan yang relatif mengejutkan itu.
Atas penemuan tersebut UII sebagai institusi pendidikan tinggi yang peduli pada kepentingan bangsa mendukung sepenuhnya upaya perlindungan terhadap artefak budaya, termasuk bangunan yang diyakini merupakan candi di lokasi pembangunan perpustakaan pusat universitas itu.
"UII sebagai lembaga pendidikan tinggi sangat menghargai heritage, dan berharap agar tidak terjadi kerusakan pada bangunan peninggalan sejarah," kata Rektor UII Prof Edy Suandi Hamid.
Untuk itu, proses pembangunan sementara dihentikan dan UII mempersilakan tim arkeolog dari BP3 Yogyakarta untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Selain itu, sejak penemuan bagian candi tersebut UII telah memperketat keamanan di sekitar lokasi sebagai upaya mengantisipasi banyaknya masyarakat yang ingin melihat ke lokasi.
"Pengamanan kami maksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Masyarakat tetap diberi kesempatan untuk melihat ke lokasi," katanya.
Rektor mengharapkan agar proses penelitian, identifikasi, dan ekskavasi lokasi penemuan candi dapat dilangsungkan tidak dalam waktu yang lama.
"Semakin cepat proses penelitian oleh BP3 Yogyakarta, maka semakin cepat pula kami menentukan keputusan terkait bangunan perpustakaan pusat," katanya.
Mataram Kuno
Menindaklanjuti penemuan itu BP3 Yogyakarta menurunkan tim untuk meneliti lebih lanjut dan melakukan ekskavasi. Sampai saat ini dari hasil ekskavasi baru ditemukan 16 potongan batu bagian candi.
Ekskavasi juga menemukan arca Ganesha berukuran 52 cm dengan tinggi dari timbunan tanah sekitar 42 cm dan lingga-yoni berukuran atas 67x67 cm. Lingga berdiameter 16 cm dan panjang 30 cm.
Selain itu, juga ditemukan relief bunga padma di dinding pintu masuk bagian dalam persis di pojok yang menempel dengan tanah yang belum digali.
"Penemuan arca Ganesha menunjukkan candi itu merupakan candi Hindu. Namun, kami tetap belum bisa membandingkan usianya dengan Candi Prambanan karena banyak hal yang berbeda seperti dari sisi ornamen," kata Ketua Tim Ekskavasi BP3 Yogyakarta Indung Panca Putra.
Menurut dia, bangunan candi itu lebih sederhana dilihat dari ornamennya. Kesederhanaan itu tidak lepas dari fungsinya di masa lalu, status ekonomi masyarakat sekitar, dan sumber daya manusia yang membuat kawasan tersebut.
Meskipun memiliki ornamen lebih sederhana BP3 Yogyakarta tidak bisa memastikan candi yang ditemukan di kampus UII lebih tua daripada Candi Prambanan. Apalagi, di kawasan tersebut belum ditemukan prasasti yang bisa menunjukkan hal itu.
Ia mengatakan, dari sisi ornamen, rambut yang tampak pada arca Ganesha di Candi Prambanan bergelung tingkat tiga dan bermahkota, sedangkan candi di kampus UII memakai satu gelung dengan dua ikatan.
"Berhubung prasasti belum ditemukan untuk sementara lebih aman menyebut candi itu sebagai peninggalan Mataram Kuno. Dengan prasasti bisa saja terungkap detil waktu pembuatan candi dan mungkin juga siapa raja yang memerintah," katanya.
Jika nanti prasasti tidak ditemukan, penentuan usia candi akan dilakukan dengan "carbon dating". Namun, BP3 Yogyakarta berharap prasasti dapat ditemukan dalam proses ekskavasi selanjutnya.
Saat ini proses ekskavasi dihentikan sementara karena cuti bersama dan libur Natal pada 24-27 Desember 2009. Proses ekskavasi akan dilanjutkan kembali pada 28 Desember 2009.
"Ekskavasi nanti juga memfokuskan untuk menemukan arca pendamping yakni Durga dan Agastya. Ekskavasi akan berakhir pada 4 Januari 2010, dan diharapkan semua misteri yang menyelimuti candi tersebut sudah dapat diungkap sebelum waktu tersebut," katanya.
Edy mengatakan, jika nanti memang candi tersebut merupakan warisan budaya bangsa, maka UII siap memindahkan lokasi pembangunan gedung perpustakaan dari rencana sebelumnya.
UII juga akan berkomunikasi dengan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional atau Direktorat Pendidikan Tinggi terkait pemindahan lokasi tersebut.
Secara material, UII memang akan mengalami kerugian akibat penemuan itu, yakni keterlambatan pembangunan gedung. "Namun demikian, mengingat bangunan candi merupakan aset budaya bangsa, UII akan mendukung upaya perlindungannya," katanya.(*)
Oleh Bambang Sutopo Hadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009