Jakarta (ANTARA) - Indonesia menghasilkan lima ventilator dari inovasi anak bangsa yang dapat mendorong kemandirian bangsa dan mengurangi ketergantungan impor terhadap alat kesehatan tersebut.
"Para inovator Indonesia dalam Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 terus mengembangkan berbagai alat kesehatan, obat, dan terapi sampai vaksin COVID-19," kata Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ali Ghufron Mukti dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Minggu.
Lima jenis ventilator tersebut adalah BPPT3S-LEN, GERLIP HFNC-01, Vent-I Origin, COVENT-20, dan DHARCOV-23S.
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemristek/BRIN) mengatakan hasil inovasi lima ventilator tersebut sebagai upaya dalam mendukung penanganan pandemi COVID-19.
Baca juga: Izin edar lima ventilator inovasi Indonesia dikantongi Kemenristek
Ratusan ventilator buatan anak bangsa telah diproduksi dan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Sebelumnya, ventilator harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan bangsa.
Sampai 15 Agustus 2020, lima jenis ventilator yang dikembangkan anggota Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 berhasil mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemkes) setelah lulus uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemkes.
Setelah mengantongi izin edar, lima ventilator tersebut segera memasuki tahap produksi massal. Bahkan beberapa ventilator sudah menghasilkan ratusan produk yang dimanfaatkan oleh rumah sakit dalam membantu menyelamatkan pasien COVID-19.
BPPT3S-LEN adalah ventilator berbasis ambu bag dan cam dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT LEN.
BPPT3S-LEN telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan Kemenkes RI ADK 20403020870 dan sekarang ini PT LEN sedang proses produksi 100 unit ventilator.
Baca juga: Indonesia hasilkan lima ventilator yang masuk tahap produksi
GERLIP HFNC-01 adalah ventilator yang dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan PT Gerlink Utama Mandiri.
Penggunaan jenis ventilator HFNC (High Flow Nasal Cannula) bertujuan untuk mencegah pasien tidak sampai gagal napas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasif dengan cara memberikan terapi oksigen beraliran tinggi. Sampai saat ini sudah diproduksi lima unit ventilator tersebut.
GERLIP HFNC-01 telah memperoleh Nomor Izin Edar Alat Kesehatan Kemenkes RI ADK 20403020951.
Vent-I Origin merupakan model ventilator Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) yang dikembangkan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Vent-I telah mendapat Nomor Izin Edar Alat Kesehatan Kemenkes RI ADK 20403020696.
Sebanyak 139 unit Vent-I produksi pertama telah didistribusikan kepada rumah sakit-rumah sakit yang membutuhkan.
Sementara ini total target produksi Vent-I adalah sekitar 800-900 unit.
Baca juga: UGM bakal produksi massal ventilator untuk penanganan COVID-19
COVENT-20 merupakan ventilator hasil kolaborasi dari para peneliti di Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUP Persahabatan Jakarta, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik.
COVENT-20 mudah dibawa dan dapat digunakan dalam keadaan darurat. COVENT-20 memiliki dua mode operasi yaitu mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dan Continuous Mandatory Ventilation (CMV).
Mode ventilasi CPAP dioperasikan ketika kondisi pasien masih sadar untuk membantu oksigenasi ke paru-paru pasien, sedangkan mode CMV dioperasikan ketika pasien tidak sadar atau mengalami kesulitan mengatur pernafasannya untuk mengambil alih fungsi pernafasan pasien. Kedua mode tersebut dapat digunakan pada saat pasien berada di rumah maupun dalam perjalanan di mobil ambulans, namun tidak digunakan di ruang isolasi.
COVENT-20 telah mendapat Nomor Izin Edar Alat Kesehatan Kemenkes RI ADK 20403021003 dan telah diproduksi sekitar 300 unit oleh beberapa mitra produsen alat kesehatan di antaranya PT Enesers Mitra Berkah, PT Graha Teknomedika, dan PT Pindad dan dikalibrasi oleh beberapa mitra perusahaan kalibrasi alat kesehatan. Saat ini sebanyak 300 unit COVENT-20 telah didistribusikan.
Sementara itu, Ventilator Emergency CMV dan CPAP berbasis pneumatic DHARCOV 23S dikembangkan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Dharma Precission Tools dan telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan Kemenkes RI ADK 20403020892.
Baca juga: Ventilator buatan ITB-Unpad-Salman ITB diserahkan ke Kemenkes
Total unit dalam "batch" pertama yang akan diproduksi adalah sebanyak 200 unit ventilator DHARCOV 23S, dan sampai dengan 19 Juni 2020 telah selesai diproduksi dan terkalibrasi sebanyak 100 unit.
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi dengan tujuan untuk mensinergikan riset dan inovasi berbagai lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) seperti lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK), perguruan tinggi, perusahaan swasta, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam waktu tiga bulan, konsorsium nasional tersebut telah menghasilkan 57 produk inovatif dalam rangka menanggulangi pandemi COVID-19 yang telah diluncurkan pada Hari Kebangkitan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Ali Ghufron berharap ekosistem yang kondusif dalam konsorsium tersebut dapat berkelanjutan untuk pola kerja penelitian ke depan. Kerja sama "triple helix" yang tercipta harus terus dibangun agar menghasilkan inovasi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Baca juga: UI siap distribusikan ventilator lokal COVENT-20 ke rumah sakit
"Sebelumnya para peneliti umumnya punya agenda sendiri-sendiri dan sulit untuk memiliki visi bersama ke depan. Dengan lingkungan yang sangat memaksa kita bisa bersama dan sangat kondusif kerja sama 'triple helix' antara para peneliti, inovator, pemerintah, dan industri,” ujar Ali Ghufron.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020