Jakarta (ANTARA News) - Kebangkitan prestasi sepak bola Indonesia yang dicanangkan akan bangkit di awal tahun 2009 ternyata hanya isapan jempol, padahal pengurus PSSI mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Kabar ini memunculkan perdebatan karena saat ini tim nasional dinilai tidak dalam kelas yang layak sebagai peserta piala dunia.
Di akhir tahun ini, Indonesia semakin tenggelam dan nyaris tak terdengar prestasinya. Malah menjadi juru kunci di kawasan Asia Tenggara di cabang sepak bola SEA Games Laos 9-18 Desember 2009. Macan Asia ini pun masih enak dengan tidur yang pulas.
Juru kunci di babak penyisihan grup B ini membuat kecewa masyarakat bola Indonesia yang berpenduduk lebih dari 230 juta jiwa ini.
Di laga perdana Timnas U-23 ini memang sedikit memberikan harapan ketika imbang 2-2 melawan Singapura.
Namun akhirnya takluk 0-2 lawan tuan rumah Laos yang dikenal kelas dua di ASEAN. Ini sejarah buruk untuk sepak bola Indonesia mengalami kekalahan pertama lawan Laos. Setelah itu Timnas tak berkutik melawan Myanmar dengan skor akhir 1-3.
Langkah timnas U-23 Indonesia di SEA Games 2009 Laos harus terhenti di babak penyisihan. Hasil ini juga membuat Indonesia semakin terjerembab di dasar klasemen grup B.
Usai pertandingan, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang menonton langsung pertandingan tersebut tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Namun, ia tetap memberikan apresiasi atas perjuangan para pemain di lapangan.
"Para pemain sebenarnya tampil bagus. Mereka juga bisa mendominasi pertandingan. Tapi entah mengapa, pemain kita seperti sulit mencetak gol," kata Nurdin Halid.
Hasil yang diperoleh Indonesia pada SEA Games kali ini ternyata lebih buruk dari edisi sebelumnya. Hanya satu poin yang diperoleh dari tiga pertandingan, tatkala menahan imbang Singapura. Dua pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan menyakitkan.
Bayangan kegagalan Timnas U-23 ini sudah tergambar dari ucapan pelatih Timnas U-23 Alberto Bica sendiri yang tidak menjamin tim ini dapat lolos ke babak kedua.
"Masih ada Singapura yang bermaterikan pemain bagus yang menjadi lawan berat siapa pun. Myanmar dan Laos sendiri tidak bisa dipandang remeh," kata Bica di Palembang, Senin, 16 November lalu.
Kalau melihat persiapan Timnas U-23 ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Timnas U-23 ini telah berada di Palembang sejak April 2009, untuk menjalani pemusatan latihan nasional (Pelatnas) SEA Games Laos dengan berbagai fasilitas.
Setali tiga uang, juru kunci juga berlaku untuk timnas senior Indonesia di babak penyisihan grup B Pra Piala Asia 2011. Peluang Indonesia semakin tipis dengan menyisakan dua laga yakni kandang melawan Oman (6/1) dan tandang melawan Australia (3/3).
Indonesia baru mengumpulkan tiga poin dari tandang melawan Oman 0-0, kandang melawan Australia 0-0, kalah waktu tandang lawan Kuwait 1-2 dan imbang di laga kandang lawan Kuwait 1-1.
Timnas yang ditangani Benny Dollo ini baru mencetak dua gol lewat kaki Bambang Pamungkas dan Budi Sudarsono dengan kemasukan tiga gol. Sementara Australia mengumpulkan tujuh poin disusul Kuwait (7) dan Oman (4).
Sementara itu, Timnas Indonesia U-19 yang diasuh Cesar Payovich harus puas di peringkat ketiga Grup F pada penyisihan Piala Asia U-19.
Timnas Indonesia akhirnya memenangkan "persaingan" rebutan peringkat ketiga dengan Hong Kong dengan skor 4-1. Kemenangan itu menambah poin Indonesia menjadi tujuh hasil lima kali bertanding, dua kali menang, sekali seri dan dua kali kalah.
Sedangkan Hong Kong yang sejak awal bertengger di peringkat ketiga, terpaksa tergeser ke peringkat keempat setelah hanya mengemas nilai enam hasil dua kali menang dan tiga kali kalah.
Jepang sendiri tampil sebagai juara Grup F dengan nilai sempurna 15 hasil lima kali menang tanpa kalah. Australia yang juga lolos ke babak utama Piala Asia di posisi runner up dengan nilai 10 hasil tiga kali menang, sekali seri dan sekali kalah.
"Saya salut karena pemain yang mayoritas di bawah 17 tahun mampu tampil maksimal melawan tim U-19, saya kira hasil ini sudah maksimal," kata Payovich.
Bilapun ada "cercaan" akibat kegagalan menembus Piala Asia, sebagai penanggung jawab tim ia berani bertanggung jawab dan menerima cercaan itu.
"Yang jelas ini tim yang prospektif, mereka terdiri dari anak-anak muda potensial dan disiplin. Saya yakin mereka bisa maju, ada kesempatan dua tahun lagi belajar di Uruguay bagi mereka," kata Cesar Payopich.
Sukses hanya berlaku untuk Timnas U-16. Bersama Jepang dari grup F akan tampil di Piala Asia 2010.
Timnas junior ini yang diarsiteki oleh Bambang Nurdiansyah memang tidak mudah untuk bisa lolos. Di pertandingan pertama (3/10) hanya imbang 0-0 lawan Bangladesh. Dipertandingan kedua (7/10) mengandaskan tuan rumah Filipina 9-0. Kemudian di pertandingan ketiga (9/10) mengalahkan Cina Taipei 1-0.
Dipertandingan keempat melawan Jepang kalah 0-3 dan merebut posisi runner up.
Pelatih Menjadi Sorotan
Peran pelatih tentunya sangat dominan dalam membentuk tim. Yang menjadi catatan, tiga pelatih asal Uruguay, Alberto Bica, Gilberto Anon, dan Fransisco Morales dinilai gagal menangani tim nasional (timnas) U-23 yang bertarung di SEA Games 2009 Laos.
"Kekalahan timnas dari Laos dan Myanmar bukti gagalnya pembinaan yang dilakukan ketiganya," kata pengamat sepak bola, Suryanto Herman.
Ia berpendapat, Komite Eksekutif PSSI perlu membahas kekalahan timnas tersebut. "Pelatih asing yang tidak bisa memberikan pencerahan bagi kemajuan sepak bola kita sebaiknya tidak diperpanjang kontraknya," kata mantan pelatih PSMS itu.
Sementara PSSI PSSI akan melakukan evaluasi mendalam terhadap Timnas U-23 menyusul kekalahan 0-2 lawan Laos di arena SEA Games 2009.
"Kami akan meminta laporan dari Badan Tim Nasional untuk dibahas di Komite Eksekutif PSSI dan nantinya akan dibahas di Kongres tahunan PSSI," kata Sekjen PSSI Nugraha Besoes beberapa waktu lalu.
Nugraha cukup terkejut dengan kekalahan tim Indonesia muda ini melawan tuan rumah Laos. "Kita akan mencari solusi yang mendalam," katanya. Apalagi Timnas U-23 ini sangat minim uji coba internasional selama menjalani pelatnas. Termasuk gagalnya laga uji coba Timnas melawan Manchester United pada pertengahan tahun 2009 ini.
Sementara mantan Ketua Umum PSSI, Agum Gumelar, mengharapkan PSSI untuk meningkatkan bobot atau kualitas kompetisi yang sudah berjalan baik sehingga muncul pemain yang dapat dipersiapkan untuk masuk Timnas.
"Dari kompetisi yang merupakan jantung pembinaan dan memberi peluang untuk pemain nasional," kata Agum. Kalau dilihat dari sisi wasit, PSSI sendiri belum memiliki wasit elit yang masuk dalam daftar di Konfederasi Sepakbola Asia (AFC).
Agum menambahkan, PSSI sebagai organisasi yang mengelola sepak bola hendaknya juga menetapkan target yang gradual. "Secara bertahap dengan sebagai awal menjadi guru di ASEAN. Selanjutnya dapat berbicara di tingkat Asia, selanjutnya jika mampu di kawasan Asia dan dapat mampu berbicara ditingkat Dunia," katanya.
Sejumlah nama pun muncul seperti mantan pelatih tim nasional Indonesia, Ivan Venkov Kolev dan pelatih Klub PSPS Pekanbaru Abdurrahman Gurning.
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora) Andi Mallarangeng mengajak seluruh insan sepak bola Indonesia untuk introspeksi.
"Introspeksi harus dilakukan. Setelah itu dipikir kembali proses pembinaan sepak bola di Indonesia," kata mantan juru bicara Presiden ini.
Sepak bola merupakan salah satu olahraga prestasi. Untuk itu proses pembinaan harus dilakukan jauh-jauh hari sehingga bisa mendapatkan pemain-pemain yang memiliki kualitas dan bisa bersaing dengan tim-tim negera lain.(*)
Oleh Tasrief Tarmizi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009