Serang (ANTARA News) - Umat Kristiani wajib menghargai kebhinekaan, intoleran, serta mewujudkan kebersamaan dalam ragam perbedaan, caranya dengan menjadi warga negara yang mampu menjadi penyejuk bagi hati yang gelap dan dingin.
"Itulah khotbah yang saya sampaikan pagi tadi," kata Ketua Dewan Pastoral Paroki Gereja Kristus Raja Serang, Banten,Adi Indiatono, Jumat.
Adi menjelaskan, Yesus harus berada di hati manusia. Dengan begitu, ia akan menjadi warga yang cinta kasih.
Dengan begitu, lanjut Adi, ia akan menjadi warga yang cinta kasih. Berada di negara Indonesia yang penuh keragaman ini, cinta kasih bisa diwujudkan dengan menghargai perbedaan.
Ia juga mengatakan, kebhinekaan harus dipandang sebagai sarana produktif untuk menciptakan pembangunan manusia seutuhnya, termasuk di Banten.
Sementara, mengenai tema Natal tahun ini adalah `Tuhan Baik Kepada Semua Orang`. Namun, ia sengaja menyisipkan pesan tentang kebinekaan di dalam khotbahnya.
"Ini untuk mengikis perbedaan pendapat serta menjadikan dunia menjadi lebih damai, tanpa kekerasan," kata Adi.
Selain menekankan kepada jemaatnya tentang pentingnya arti kebinekaan, ia juga menghimbau kepada ribuan jemaatnya mengenai peran serta umat Kristiani dalam mengisi bidang pembangunan.
Menurut Adi, seorang Kristiani bukan saja harus menjadi subyek pembangunan tetapi juga pemrakarsa. Umat juga harus terlibat aktif dalam upaya gerakan moral, solidaritas, serta tindakan kemanusiaan.
Bahkan, tegas Adi, umat juga harus secara sadar menjaga kelestarian lingkungan, minimal di sekitar rumahnya.
Sedangkan mengenai ritual Natal sendiri, Adi membeberkan, terdiri dari empat bagian, yakni malam misa, Natal pagi, Natal sore, dan esok ini akan digelar Natal bagi kalangan manula.
Di tempat yang sama, Wakil Dewan Pastoral Paroki Gereja Kristus Raja, Aloysius, mengatakan, prosesi Natal tahun ini khususnya di Gereja Kristus Raja berjalan normal dan aman.
"Sebanyak 6.000 umat Kristiani mengikuti ritual dengan khusuk. Mereka berasal dari wilayah Cikande, Kota Serang, Kota Cilegon, Anyer, dan Merak," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009