Yogyakarta (ANTARA News) - Pameran Tanda Mata VII di Bentara Budaya Yogyakarta menampilkan 36 karya seni rupa hasil sumbangan para perupa yang pernah memamerkan karyanya di tempat yang sama periode Maret 2007 hingga November 2009.
"Ke-36 karya seni rupa yang dipamerkan itu terdiri atas 22 lukisan, 10 karya grafis, dua patung, dan kriya. Karya seni rupa itu akan dipamerkan hingga 30 Desemebr 2009," kata Kepala Pengelola Bentara Budaya Yogyakarta Hermanu di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, para perupa yang memberikan tanda mata karya seni rupa dan kini menjadi koleksi Bentara Budaya Yogyakarta itu berasal dari berbagai kota, di antaranya Bandung, Yogyakarta, Tulungagung, dan Denpasar.
"Mereka mulai dari anak-anak hingga yang telah berusia lanjut yang berpameran di Bentara Budaya Yogyakarta pada dua tahun terakhir," katanya.
Ia mengatakan, para perupa yang menyumbangkan karyanya itu antara lain Andre Tanama, Budi Agung Kuswara, Dyayi, Guntur Songgolangit, Herpriyanto, Iqbal, Ida Bagus Komang Sindu Putra, Kukuh Nuswantoro, Muhammad Faisal, Nugroho Heri Cahyono, Purwanto, Rifqi Sukma, dan Setiawan Nugroho.
Bentara Budaya Yogyakarta juga mendapatkan tanda mata dari Andi Cakra Abbas yang menjadi anggota Kelompok Plus Minus saat berpameran pada 3-12 Maret 2009. Andi Cakra Abbas memberikan lukisan berjudul "Materialism".
Lukisan Andi Cakra Abbas, menurut dia, menghadirkan pesan kepada manusia yang harus berhati-hati terhadap nafsu materi yang ada di dalam dirinya. Jika tidak berhati-hati, manusia bisa terperosok ke dalam jurang kehidupan.
Ia mengatakan, Tanda Mata VII berarti sudah tujuh kali Bentara Budaya Yogyakarta memamerkan karya seni rupa sebagai tanda mata ungkapan terima kasih dan penghargaan para perupa.
Para perupa memberikan karyanya kepada Bentara Budaya Yogyakarta sebagai tanda mata ungkapan terima kasih, karena telah memamerkan karya seni rupa para perupa tersebut.
"Setelah dipamerkan, karya seni rupa itu akan dikirim ke Bentara Budaya Jakarta yang mempunyai tempat cukup memadai untuk menyimpan karya tersebut," katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009