Zagreb (ANTARA News/AFP) - Rakyat Kroasia Ahad memilih presiden mereka yang ke tiga sejak negara itu merdeka pada 1991, dengan pemenang yang diperkirakan akan berniat membawa bekas republik Yugoslavia itu bergabung sebagai anggota Uni Eropa.
Namun demikian jajak pendapat umum menunjukkan, bahwa pengganti tersebut adalah incumbent Stipe Mesic, yang mundur pada Februari lalu setelah menyelesaikan masa pemerintahannya maksimum dua kali lima tahun.
Dia akan diputuskan dalam pemilihan presiden putaran kedua, dengan tak seorangpun di antara 12 kandidat bisa menjamin perolehan lebih dari 50 persen suara.
Ivo Josipovic dari Partai Sosial Demokrat (SDP), semula dipastikan akan memasuki pilpres putaran kedua 10 Januari itu, menurut jajak pendapat yang memberikan capres berumur 52 tahun itu meraih 15 persen suara dari para pesaingnya.
Para analis menyebut Josipovic adalah politisi karier yang tak bercacat sebagai salah satu dari kelebihannya. Namun beberapa pihak mengingatkan, bahwa pakar hukum dan kompuser musik klasik itu kurang berkarisma di dunia politik.
Menurut survei-survei, pilpres putaran kedua akan berlangsung ketat antara dua calon independen, yakni walikota Zagreb yang kontroversial Milan Bandic dan mantan pemimpin konservatif yang berkuasa, Nadan Vidosevic.
Bandic, 54 tahun, yang populis adalah bekas veteran anggota SDP yang banyak menghindari konfrontasi selama kampanye, dengan dalih dia adalah `seorang pekerja dan bukan sekedar bermain dengan kata-kata.`
Media independen, meskipun demikian mengecamnya dan menuduh dia terlibat dengan korupsi di ibu kota, sedangkan beberapa analis memperingatkan terhadap `retorika kosong`nya.
Perang terhadap korupsi tingkat tinggi kini dipantau dari dekat oleh Brussels, yang mendominasi periode sebelum pemilihan, di samping masalah pemulihan ekonomi di negara yang diperkirakan menderita kontraksi lima persen dalam tahun ini.
Hal itu yang mungkin akan menguntungkan Videsevic, mantan anggota Partai Uni Demokratik Kroasia (HDZ) yang berkuasa, yang telah menjadi ketua Kamar Dagang Kroasia sejak 1995.
Sekitar 4,4 juta orang, termasuk lebih dari 400.000 yang tinggal di luar negeri, sebagian besar di negara tetangga Bosnia, berhak untuk memilih pengganti Mesic, yang berhasil dalam membawa negara dari otokrasi nasionalis menjadi demokrasi parlementer.
Tetapi Mesic tidak membawa negaranya masuk sebagai anggota Uni Eropa, karena akses perundingan-perundingan dihalangi oleh negara tetangganya, Slovenia, berkaitan sengketa perbatasan.
Perundingan-perundingan, dimulai 2005, namun terhenti hampir setahun sebelum dilanjutkan kembali Oktober, dengan Kroasia kini berharap akan bergabung dalam blok Eropa itu, di bawah presiden baru pada Januari 2012.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009