Denpasar (ANTARA News) - Aneka jenis burung yang dibuat dari bahan beton, untuk mempercantik kolam atau taman rumah dan perkantoran dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Belanda.

"Kami banyak menerima pesanan patung burung jenis Bangau, garuda, dan jenis burung lainnya dari Belanda, pesanan itu harus sudah selesai dan terkirim awal 2010 nanti," kata seorang pengusaha dan perajin patung, I Made Jawi, di Denpasar Jumat.

Perusahaan patung yang ada di Desa Kapal, 15 km utara Denpasar, memanfaatkan sekitar 40 tenaga kerja terampil yang memproduksi aneka jenis patung burung dengan rancang bangun (desain) yang dibawakan pemesan serta dipadukan dengan muatan lokal sehingga tetap memiliki ciri khas Bali.

Patung burung yang dibuat dari berbagai bentuk dan jenis itu dengan harga yang berfariasi antara Rp100.000-Rp500.000 per buah, disamping untuk memenuhi ekspor juga laku di pasaran dalam negeri seperti ke Jakarta, disamping memenuhi permintaan masyarakat setempat.

Made Jawi mengakui permintaan rekan bisnisnya di luar negeri agak berkurang dalam perioda dua tahun terakhir ini, namun masih saja ada permintaan dari mancanegara dalam jumlahnya yang masih terbatas dan mampu terpenuhi seluruhnya, tetapi tidak sebanyak tahun-tahun sebelum BOM Bali.

Masyarakat belanda yang dikenal senang dengan benda-benda bernilai seni tinggi, antik dan unik, banyak menginginkan berbagai jenis kerajinan hasil dari tangan-tangan terampil masyarakat pulau Dewata, seperti perabitan rumah tangga yang dibuat dari limbah seperti tempurung kelapa muda.

Kesubdin Perdagangan Luar Negeri Disperindag Bali, Kusumawathi mengakui, perdagangan hasil industri kecil dan kerajinan daerahnya masih lancar ke pasaran Belanda, dan hampir setiap bulannya, eksportir mengirimkan matadagangannya ke negeri kincir angin tersebut.

Sesuai catatannya perolehan devisa dari aneka barang kerajinan dan barang nonmigas Bali lainnya khusus ke Belanda selama januari-Oktober 2009 mencapai 10,3 juta dolar AS, angka yang cukup menggembirakan mengingat kondisi ekonomi masyarakat internasiobnal yang belum menggembirakan, kata dia.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009