Jakarta (ANTARA News) - Meski perkembangan media massa di Indonesia sudah pesat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, peranan Radio Republik Indonesia (RRI) tetap penting.
Presiden dalam sambutannya pada peresmian revitalisasi pemancar dan studio jaringan berita nasional Pro3 RRI di Gedung RRI, Jakarta, Jumat malam, mengatakan bahwa RRI adalah alat komunikasi antara negara, pemerintah dan rakyat secara timbal balik sekaligus media pemersatu bangsa.
Pada acara tersebut, Presiden sempat berdialog interaktif melalui sambungan telepon dengan beberapa warga di daerah terpencil yang disiarkan secara langsung oleh RRI.
"RRI tetap memainkan peran penting dalam mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Saya tadi sempat bicara dengan saudara-saudara di Sabang, Merauke, Talaud, dan Pulau Rote. Peran ini yang saya harap terus dilakukan RRI," tutur Presiden.
Dengan siarannya ke luar Indonesia dengan sepuluh bahasa, Presiden Yudhoyono juga berharap, RRI dapat meluruskan pandangan tentang Indonesia sebagai negara yang terus tumbuh dengan pasar yang luas.
Menurut Presiden, banyak mispersepsi tentang Indonesia di luar negeri yang dapat diluruskan oleh RRI melalui siarannya di luar negeri.
Presiden juga berharap, RRI dapat berperan secara khusus dalam membentuk karakter bangsa dengan melestarikan jati diri bangsa dan membangun etika berdemokrasi yang baik.
"Saya juga sangat berharap kepada RRI selaku lembaga penyiaran publik untuk terus mengembangkan diri sebagai salah satu pusat unggulan," katanya.
Dalam pidatonya, Presiden menyampaikan penghargaan atas pengabdian RRI dan berjanji untuk terus mendukung revitalisasi stasiun penyiaran radio milik pemerintah itu.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh dalam pidatonya mengatakan media audio tidak lantas punah dengan munculnya media komunikasi visual yang lebih interaktif.
Hal itu, menurut M Nuh, dibuktikan dengan keberadaan 581 stasiun radio yang masih berkumandang di Indonesia, serta lebih dari 2.000 stasiun radio yang masih mengajukan permohonan izin siaran. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2009