Jakarta (ANTARA News) - Momentum Hari Natal 2009 menjadi saat tepat yang dipilih sejumlah tokoh daerah dari kawasan Timur Indonesia untuk mendeklarasikan sebuah organisasi perjuangan bernama Federasi Timur Raya.

"Deklarasi Federasi Timur Raya (FTR) itu sendiri secara resmi dilakukan nanti pada hari Minggu (27/12 di Taman Ismail Marzuki (TIM), mulai pukul 12.00 WIB, tetapi pencanangannya hari ini," kata salah satu tokoh penggaggas FTR, Faisal Assegaf kepada ANTARA, di Jakarta, Jumat.

Deklarator FTR ini, menurutnya, terdiri dari para aktivis, akademisi, rohaniwan, seniman, politisi, jurnalis, dan tokoh beraneka latar lainnya.

"Mereka berasal dari tanah Papua, kepulauan Maluku, NTT, NTB, juga kota-kota di pulau Sulawesi seperti Manado, Gorontao, Palu, Kendari, Buton serta Makassar," ungkapnya.

Deklarasi yang nanti dipusatkan di TIM, Ciniki Raya, Jakarta Pusat itu, mengangkat isu utama berupa `referendum`.

"Para wakil seluruh daerah yang tergabung dalam FTR ini mempunyai sebuah tuntutan bersifat strategis, yakni format ulang Indonesia, yang selama ini keenakannya hanya dinikmati orang-orang dari kawasan lain, sementara segala sumberdaya di wilayah FTR terus saja dikuras dengan meninggalkan kemiskinan absolut di mana-mana," ujar Faisal Assegaf lagi.

Zainal Bintang, salah satu tokoh dari Makassar ketika diminta pendapatnya tentang pendeklarasian FTR beserta dengan tujuan pendiriannya itu, hanya mengatakan, pihaknya memberi apresiasi.

"Pasalnya, ketidakadilan di negeri ini ternyata semakin menjadi-jadi, sehingga tujuan hidup bersama sebagai sebuah negara tidak dirasakan manfaatnya secara menyeluruh di seantero wilayah yang bernama NKRI ini," katanya.

Faisal Assagaf sendiri mengungkapkan, perampokan atas aset daerah-daerah untuk kepentingan kapitalisasi di sentra kekuasaan semakin menjadi-jadi, sehingga proses kemiskinan rakyat terus terjadi secara sistematis, karenanya mesti dihentikan sekarang.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009