Kabul (ANTARA News/AFP) - Seorang penyerang bom bunuh diri dengan seekor kuda dan kereta meledakkan dirinya Kamis di kota Kandahar, Afghanistan selatan, menewaskan delapan orang dan melukai lima lain, kata seorang polisi senior.
Ledakan itu terjadi sekitar pukul 19.15 waktu setempat (pukul 21.45 WIB) di luar direktorat kementerian kesehatan provinsi Kandahar dan wisma tamu yang kadang digunakan oleh orang asing, kata deputi kepala kepolisian provinsi Sazel Ahmad Shairzad.
"Lima dari korban-korban itu tewas ketika sedang duduk di sebuah mobil yang berdekatan," katanya.
Tiga korban tewas lain adalah orang yang lewat, tambah polisi tersebut.
Penyerang itu meledakkan bom yang dipasang di tubuhnya dan di keretanya setelah diperintahkan berhenti oleh polisi yang mengikutinya, katanya.
Jendela sejumlah bangunan di kedua sisi hancur dan dinding-dinding berdekatan rusak sebagian.
Kandahar adalah lokasi serangan bom truk besar pada Agustus yang menewaskan 43 orang dan mencederai 65 lain, sebagian besar dari mereka warga sipil.
Kota itu tetap menjadi simbol pemberontakan Taliban karena Kandahar merupakan pusat gerakan itu dan ibukotanya selama pemerintahan kelompok garis keras tersebut, yang berakhir pada 2001.
Pemboman Agustus itu merupakan serangan paling mematikan pada 2009, ketika pemberontakan berkobar semakin hebat dan para pendukung Barat untuk pemerintah Kabul menjanjikan penambahan pasukan dari sekitar 113.000 menjadi hampir 150.000 personel tahun depan.
Tahun ini tidak saja mematikan bagi prajurit, polisi dan warga sipil Afghanistan namun juga bagi pasukan internasional yang memerangi Taliban. Sebagian besar kekerasan terjadi di provinsi-provinsi selatan seperti Kandahar dan Uruzgan.
Presiden AS Barack Obama mengumumkan bulan ini pengiriman 30.000 prajurit tambahan ke Afghanistan untuk bergabung dengan pasukan AS dan ISAF pimpinan NATO yang berada di negara itu untuk memerangi gerilyawan.
Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.
Lebih dari 500 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009