Jombang (ANTARA News) - Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akan dirujuk ke Rumah Sakit Graha Amerta, Surabaya, setelah sebelumnya menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Jombang, Jawa Timur.
Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Jombang Solihul Am Notobuwono, Kamis, mengatakan keluarga ingin membawa Gus Dur ke Surabaya, meski kondisinya saat ini cenderung stabil.
"Malam ini (Kamis malam) rencananya Gus Dur akan dirujuk ke Graha Amerta Surabaya," katanya.
Ia mengatakan setelah diperiksa di ruang unit gawat darurat (UGD), Gus Dur dipindah ke ruang rawat inap VVIP 1.5 rumah sakit setempat.
"Meski kondisinya cenderung stabil, namun Gus Dur masih tergolek lemas di kamar perawatan," katanya.
Dia mengatakan keinginan keluarga untuk memindahkan Gus Dur ke Surabaya agar kesehatannya pulih kembali.
"Rencananya malam ini Gus Dur akan dirujuk ke Graha Amerta Surabaya. Kami masih menunggu kedatangan mobil ambulance dari Surabaya," katanya.
Ia mengatakan dari keterangan dokter yang merawat Gus Dur, hasil pemeriksaan fisik menyebutkan kondisinya saat ini sudah stabil.
Sementara itu, kabar mengenai dirawatnya Gus Dur di rumah sakit Jombang langsung menyebar, terutama di beberapa pondok pesantren di daerah ini.
Kabar tersebut langsung direspon sejumlah pengasuh pondok pesantren di Jombang. Mereka ingin menjenguk cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
Namun, keinginan mereka harus tertahan, karena baik petugas kepolisian maupun dokter melarang pengunjung memasuki ruang VVIP tempat Gus Dur dirawat.
Beberapa kiai yang hadir di rumah sakit itu di antaranya pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras KH Irvan Soleh, KH Fadlulloh Malik, serta Gus Aam ketua GP Ansor Jombang.
Selain para pengasuh pondok pesantren, pengunjung yang datang adalah pengurus NU Jombang.
Bahkan beberapa penunggu pasien di rumah sakit setempat juga ikut bergerombol di dekat ruangan tempat Gus Dur dirawat. Mereka ingin melihat Gus Dur, tetapi sejumlah anggota Banser dan petugas kepolisian langsung menyuruh mereka menjauhi ruangan itu.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009