Bengkulu (ANTARA News) - Industri kecil biodisel di Desa Tedunan, Kecamatan Alas Maras, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu tutup akibat kekurangan bahan baku buah kelapa.

Kurangnya bahan baku buah kelapa itu akibat tingginya harga kelapa pada tingkat petani saat ini yaitu mencapai Rp600 per buah, kata Ketua kelompok Tani Keliring Jaya Herman, Kamis.

Industri biodisel itu akhir-akhir sudah berjalan terseok-seok, akibat kekurangan bahan baku, kendatipun ada bahan baku harga beli dan hasilnya tidak seimbang.

Dia mencontohkan, setiap satu liter solar membutuhan 12 sampai 15 buah kelapa, sedangkan harga kelapa paling rendah Rp600 per buah atau sekitar Rp9.000.

Sedangkan harga minyak solar berkisar Rp5.000 per liter, dengan kondisi hitungan tidak berimbang itu, maka diputuskan, industri kecil milik kelompok tani daerah itu ditutup saja.

Nanti, kalau harga buah kelapa dan minyak solar sudah berimbang, industri tersebut kembali beroperasi, sedangkan selama ini sudah bisa memproduksi minyak solar rata-rata di atas 100 liter per hari dan tergantung bahan baku.

Awalnya, industri itu hanya memproduksi sabut kelapa bersih dan dipasok ke Jakarta, namun belakangan ditingkatkan menjadi industri biodiesel, hal itu tidak bertahan lama akibat gejolak tingginya harga buah kelapa akhir-akhir ini.

Seorang pedagang buah kelapa di Bengkulu, Johardin, mengatakan, harga buah kelapa di Bengkulu sebagian besar dipasok ke Lampung dan Jakarta untuk memenuhi kebutuhan permintaan warga di daerah itu.

Harga beli pada tingkat petani bervariasi mulai dari Rp500 sampai Rp700 per buah, sedangkan harga jual di Lampung dan Jakarta rata-rata diatas Rp1.200 per buah, katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009