Intinya kita harus kritis pada setiap informasi yang masuk ke kita
Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Kampanye I Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Dr Lestari Nurhajati mengatakan masyarakat jangan mudah percaya sehingga terjebak dengan banyaknya informasi yang bombastis namun pada praktiknya merupakan hoaks atau informasi palsu.
"Ini penting sekali kita pelajari bersama," kata dia pada diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan masyarakat Indonesia perlu lebih banyak lagi mempelajari literasi media digital. Sebab, hal itu masih sebuah isu yang relatif baru bagi masyarakat.
Pentingnya mempelajari literasi media digital itu agar masyarakat bisa membuka wawasan lebih luas lagi sehingga tidak terjebak dengan informasi maupun berita hoaks.
Apalagi, selama ini masih banyak masyarakat yang terlalu mudah percaya dengan sebuah informasi hanya karena kecepatannya. Padahal, belum tentu akurat dan valid.
Baca juga: Virus corona sengaja disebarkan dokter-apoteker Indonesia? Cek faktanya
Baca juga: Cek Fakta: Luhut Panjaitan sebut arak Bali dapat turunkan jumlah penderita COVID-19?
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mempelajari literasi media digital bagaimana media digunakan dengan akurat termasuk mempelajari sumber-sumbernya.
"Intinya kita harus kritis pada setiap informasi yang masuk ke kita," ujarnya.
Sementara itu, dosen psikologi UIN Jakarta Ikhwan Lutfi mengatakan hoaks merupakan masalah yang paling klasik di dunia.
"Korban pertama hoaks di dunia adalah Nabi Adam," kata dia.
Ia mengatakan hoaks memberikan dampak buruk pada diri sendiri dan orang lain di antaranya tidak percaya diri, cemas dan mengganggu eksistensi.
Sebagai contoh hoaks "terserah Indonesia" yang cukup mengganggu masyarakat di Tanah Air karena berdampak buruk bagi tatanan kehidupan.
Baca juga: Kominfo catat 1.028 hoaks tentang COVID-19
Baca juga: Polda Metro Jaya periksa saksi ahli terkait dugaan hoaks obat COVID-19
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020