Banda Aceh (ANTARA News) - Dua unit tenda yang didirikan korban tsunami di Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, dibongkar menjelang kedatangan Wakil Presiden Boediono yang dijadwalkan hadir dalam peringatan lima tahun tsunami.
"Alasan mereka menyuruh bongkar karena tenda yang kami dirikan ini berada di atas tanah Pemerintah Kota Banda Aceh," kata Bahtiar, koordinator korban tsunami Ulee Lheue di Banda Aceh, Kamis.
Pembongkaran dilakukan oleh para warga yang mengaku korban tsunami yang belum mendapat rumah bantuan. Pembongkaran di saksikan oleh Satpol PP dan tim gabungan yang melakukan pembersihan wilayah.
Selain membongkar tenda korban tsunami Satpol PP juga membongkar warung-warung dan meja jualan di sekitar pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue yang menjadi lokasi pusat peringatan lima tahun tsunami pada Sabtu, 26 Desember 2009.
Wapres beserta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dijadualkan akan menghadiri peringatan lima tahun tsunami tersebut yang akan diisi zikir dan doa bersama.
Karena tenda mereka dibongkar, warga sepakat untuk membangun kembali tenda di tanah mereka sendiri sebab sampai saat ini menurut Bahtiar masih ada 206 Kepala keluarga desa Ulee Lheue yang belum mendapatkan rumah bantuan.
"Selama ini kami menyewa rumah atau menumpang di rumah kerabat tapi kami tidak sanggup lagi membayar sewa maka kami pulang ke kampung dan mendirikan tenda," katanya.
Dia mengatakan, pembongkaran tenda tersebut merupakan upaya pemerintah setempat menutup-nutupi kondisi sebenarnya korban tsunami.
Menurut Agus, Kepala Dusun Tongkol dan Kakap, sebenarnya mereka tidak ingin kembali ke tenda sebab hanya kesengsaraan yang didapat namun karena tidak memiliki rumah masa terpaksa mendirikan tenda.
"Keadaan seperti ini menyengsarakan, biaya hidup sehari-hari sangat memberatkan ditambah lagi biaya sewa rumah," tambahnya.
Warga terpaksa mendirikan tenda sebab pemerintah sampai saat ini belum menunjukkan kepedulian terhadap mereka.
"Sebenarnya tidak perlu kami sampai melakukan ini yang akan dilihat oleh Wapres karena masih ada pejabat-pejabat kita disini," tambahnya.
(*)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009