"Kami belum bisa melayani pelayaran menuju Flores dan Sumba karena gelombang masih cukup tinggi mencapai tiga meter," kata Manager Oeprasional PT ASDP NTT Arnol Yansen di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan, armada Kapal Motor Penyeberangan (KMP) PT. ASDP hanya memiliki draf kapal setinggi dua meter, sehingga tidak bisa melayani penumpang tujuan Kupang Flores dan Sumba karena akan sangat membahayakan bagi keselamatan kapal dan penumpang.
KMP Feri baru akan melayani pelayaran tujuan Flores dan Sumba jika laporan Badan Meterelogi Geofisika dan Klimatologi (BMKG) kelas I Kupang bahwa ketinggian gelombang telah normal.
"Kami siap untuk melayani pelayaran kembali, jika sudah cuaca sudah kembali normal," katanya.
Akibat tidak berlayarnya kapal feri tersebut menyebabkan sejumlah penumpang yang akan melakukan pelayaran terutama ke Flores dan Sumba sepekan ini tertunda keberangkatannya.
Bahkan ada yang menginap di pelabuhan penyeberangan Bolok guna menunggu kepastian keberangkatan. Nampak tiga dari lima armada milik ASDP hingga kini masih bersandar di dermaga tersebut.
Aktivitas penumpang juga terlihat sepi di loket penjualan tiket dan loket juga masih ditutup, bahkan pengumuman pelayaran dibatalkan hingga kini masih terpampang di kaca loket penjualan tiket.
Sementara itu di ruang tunggu pelabuhan tersebut calon penumpang nampak tidur-tiduran sambil menunggu kapan kepastian kapal feri terutama yang melakukan pelayaran pada lintasan Kupang-Kalabahi, Kupang-Sabu, Kupang-Lembata serta Kupang-Aimere.
Desmon Calin salah seorang penumpang tujuan Aimere mengatakan, sudah menginap di pelabuhan sejak sepekan lalu untuk menunggu keberangkatan kapal feri.
Namun pihak ASDP hingga saat ini belum juga memberikan ijin pembukaan kembali jalur pelayaran Kupang-Flores dengan alasan ketinggian gelombang masih sangat membahayakan.
"Saya sudah seminggu di sini (Pelabuhan Bolok) menunggu keberangkatan kapal feri," katanya.
Pelayaran penyeberangan kapal feri ditutup sejak 16 Desember lalu akibat badai "Laurence" yang memicu tingginya gelombang di perairan NTT.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009