New York (ANTARA News/AFP) - Kalau di Indonesia banyak yang mengemplang membayar tagihan pemerintah kepada lembaga-lembaga usaha yang ditalangi (bail out) karena tertimpa krisis moneter 1998, tidak demikian dengan Amerika Serikat.

Rabu waktu AS, dua penerima bail out yaitu Citigroup dan Wells Fargo, mengumumkan akan membayar kembali bantuan dana talangan pemerintah AS kepada sistem perbankan AS itu yang untuk dua bank itu total mencapai 45 miliar dolar AS.

Citi mengatakan telah membeli kembali 20 miliar dolar AS investasi Departemen Keuangan AS di bank itu melalui Program Pemulihan Aset Bermasalah (TARP, BPPN di Indonesia).

Program itu merupakan upaya masif pemerintah AS mengalirkan bantuan senilai 700 miliar dolar AS untuk menstabilkan sistem keuangannya pada 2008.

Secara terpisah, Wells Fargo menyatakan menebus kembali 25 miliar dolar AS saham Departemen Keuangan di ban itu, sekaligus mensetorkan dividen senilai 131,9 juta dolar AS.

Wells Fargo mengungkapkan, total dividen yang dibayarkan kepada Departemen Keuangan AS itu mewakili 1,441 miliar dolar AS saham pemerintah AS di Wells Fargo.

"Dengan membayar kembali investasi TARP, kami dapat mengintensifkan fokus kamu kepada apa yang terbaik menurut kami, (yaitu) membantu nasabah dan bisnis mencapai sukses finansial," kata John Stumpf, Presiden dan Kepala Eksekutif Wells Fargo.

Tidak hanya itu, John tidak lupa berterimakasih kepada pemerintah dan penduduk AS dari mana dana talangan untuk perbankan berasal.

"Kami berterimakasih kepada pemerintah AS dan pembayar pajak atas dukungannya kepada sistem keuangan kami saat masa-masa kritis bagi bangsa kita," kata John.


Citi, penerima terbesar dana talangan pemerintah AS dibandingkan bank-bank lainnya, menyatakan bahwa pemerintah juga telah membatalkan jaminan tambahan dari negara dalam apa yang kemudian disebut perjanjian imbal rugi.

Citi, tetap berkibar setelah memperoleh serangkaian bantuan dari nefara selama krisis keuangan lalu, melepas sahamnya senilai 20,5 miliar dolar AS dalam bentuk saham (sekuritas) baru dibawah rancangan untuk mengganti modal pemerintah AS.

Namun setelah menghadapi respons hangat-hangat kuku atas penawaran sahamnya, pemerintah akhirnya berencana melepas kembali saham Citi yang dikuasainya. 

Para pejabat menyatakan pemerintah yang menguasai banyak sekali saham Citi, kemungkinan menjual sahamnya di Citi itu pada 2010.

Bantuan kepada Citigroup adalah yang termahal diberikan kepada perbankan AS yang ditimpa krisis keuangan tahun lalu.

Pemerintah menginjeksikan toal 45 miliar dolar AS ke perusahaan perbankan itu, yang pernah menjadi grup perbankan terbesar di dunia.  Dana itu kemudian dikonversi menjadi saham biasa atas nama tahun ini, untuk mendapatkan sekitar 34 persen saham Citi. (*)

Jafar Sidik/AFP

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009