Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengemukakan transformasi besar dan lompatan besar yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato pada Sidang DPR/DPD/MPR harus mengarah pada kemandirian obat dan alat kesehatan.
"Saat ini ketergantungan bahan baku obat dan alat kesehatan dari luar negeri masih tinggi, masih di atas 80 persen," kata Saleh saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan salah satu kesenjangan yang terjadi di bidang kesehatan di Indonesia adalah kelengkapan alat kesehatan yang belum merata antara daerah satu dengan yang lainnya.
Baca juga: BUMN bidang farmasi perlu kurangi impor bahan baku obat
Di sisi lain, pengadaan alat kesehatan di fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas dan klinik juga masih terkendala biaya, karena masih banyak bergantung pada alat kesehatan dari luar negeri.
"Kalau mau mengatasi itu, memotong bea masuk alat kesehatan impor memang bisa dilakukan. Namun, itu tidak menyelesaikan masalah fundamental, yaitu kemandirian industri alat kesehatan," tuturnya.
Menurut Saleh, pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia bisa menciptakan dan membuat alat-alat kesehatan dan alat pelindung diri secara mandiri.
Sejumlah alat kesehatan, misalnya ventilator, berhasil dibuat melalui Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19; menunjukkan bahwa Indonesia mampu membuat alat kesehatan sendiri.
Baca juga: Kimia Farma fokus kembangkan BBO wujudkan ketahanan kesehatan nasional
Baca juga: Erick Thohir sedih mayoritas bahan baku obat dan alkes masih impor
"Itu terjadi hanya dalam hitungan bulan. Itu artinya selama ini momentum yang ada tidak digunakan untuk memperkuat industri alat kesehatan dan obat dalam negeri," katanya.
Pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-75 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Presiden Joko Widodo mengatakan momentum krisis akibat pandemi COVID-19 merupakan saat untuk membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar dan menjalankan strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.
"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara 'upper middle income country'. Pada 25 tahun lagi, pada usia seabad, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia negara maju," kata Presiden.
Baca juga: Pengusaha farmasi mulai khawatir pasokan bahan baku obat
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020