Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Paramadina, Yandi Hermawandi, menyebutkan Presiden Joko Widodo ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk melakukan hal-hal positif di tengah-tengah pandemi COVID-19.
"Bahkan, Presiden terlihat sangat optimis bahwa bangsa Indonesia bisa keluar dari situasi serba sulit akibat pandemi ini," kata Yandi menanggapi Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR RI dalam rangka peringatan HUT ke-75 di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat.
Hal itu, katanya, terlihat dari beberapa pernyataan Presiden Jokowi yang dinilainya bombastis, sehingga berkesan optimistis.
"Saya menilai pidato presiden terlalu bombastis dan abstrak. Pernyataannya mengenai lompatan besar, transformasi besar, kemudian pernyataannya soal membajak momentun krisis, semua itu masih belum jelas arahnya," ujarnya.
Baca juga: Pidato Presiden ajak bangsa lakukan lompatan besar di tengah COVID-19
Menurut Yandi, istilah-istilah bombastis seperti itu berkesan optimistis. Dalam hal ini, Presiden menggunakan pathos, cara persuasi efektif dengan menggerakkan emosi pendengarnya, sehingga seakan-akan masalah selesai dengan narasi pidato seperti itu.
Dia pun menyayangkan pernyataan Presiden Jokowi yang masih abstrak dan masih perlu penjelasan lebih lanjut, seperti membajak mementum krisis.
"Misalnya lompatan besar, apakah Pak Jokowi terinspirasi model pembangunan the great leap forward ala Tiongkok?. Momentum apa yang harus dibajak. Hal ini masih abstrak dan perlu rasionalisasi agar masyarakat tahu apa maksudnya," katanya.
Secara normatif, kata Yandi, presiden mengajak untuk bersikap optimis bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju (developed country) dalam 25 tahun ke depan dari posisi saat ini sebagai "upper middle income country".
Dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR-RI dan Sidang Bersama DPR-RI dan DPD-RI Tahun 2020, di Gedung MPR/DPR, Presiden Jokowi menyerukan untuk membajak momentum krisis dan melakukan lompatan-lompatan besar.
"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country (Negara Berpendapatan Menengah Atas),” ujar Jokowi yang mengenakan pakaian adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Presiden: Indonesia harus bajak momentum krisis
Presiden meyakini ketika Indonesia berusia 100 tahun atau 25 tahun lagi, Tanah Air akan menjadi negara maju.
"25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju," tuturnya.
Jokowi mengatakan strategi besar tersebut, antara lain akan dilakukan di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.
Baca juga: Pengamat: Presiden Jokowi ingin jajarannya bergerak cepat atasi krisis
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020