"Saat ini kami mempertahankan kisah Panji Asmara Bangun dan Sekar Taji," kata seorang perajin wayang beber Pudjianto di Sragen, Kecamatan Tanon, Selasa.
Menurutnya, cerita-cerita peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut sudah banyak ditinggalkan para perajin di daerah lain.
"Saat ini banyak perajin mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata yang sering diangkat dalam wayang purwa. Selain itu, banyak juga yang mengangkat kisah-kisah kontemporer kekinian," kata dia.
Sebenarnya, kata dia, banyak permintaan dari masyarakat terhadap wayang beber yang mengangkat cerita-cerita kontemporer.
"Meskipun demikian, saya dan empat perajin lainnya di Tanon tidak memenuhi permintaan tersebut," kata Pudjianto.
Dia mengatakan, perajin wayang beber Kabupaten Sragen berupaya untuk konsisten mempertahankan cerita-cerita peninggalan Kerajaan Majapahit.
"Tidak sekedar sebagai komoditi, upaya yang kami lakukan juga dilakukan agar cerita asli Indonesia tersebut tidak punah," kata dia.
Dia mengatakan, cerita Mahabarata dan Ramayana, atau cerita-cerita kontemporer sudah banyak diangkat oleh banyak pihak, sedangkan Panji Asmara Bangun dan Sekar Taji hampir tidak ada yang mengangkatnya.
"Untuk prospek dari usaha wayang beber di Sragen, saat ini mulai cerah dengan semakin banyaknya permintaan, terutama dari sejumlah negara asing, seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda," kata Pudjianto.
Dia mengatakan, permintaan wayang beber yang seharga antara Rp200.000 hingga Rp20 juta saat ini setiap bulan mencapai 30 karya wayang beber.
"Meskipun demikian, masih banyak kendala yang kami hadapi dalam mengembangkan usaha ini, salah satunya adalah belum terlindunginya produksi wayang beber kami melalui hak cipta," kata dia.
Menurutnya, kendala tersebut dimanfaatkan oleh pihak lain untuk mendapat keuntungan yang berlipat dari para perajin.
"Yang kami khawatirkan desain gambar wayang beber yang kami buat dapat dicontek oleh kalangan di negara asing," kata dia.
Oleh karena itu, lanjutnya, dukungan dari pemerintah yang diharapkan tidak hanya pada promosi dan bantuan modal produksi, tetapi juga pada masalah hak cipta.
"Adanya perlindungan hak cipta seperti itu, diharapkan wayang beber dengan kisah asli Indonesia tersebut tidak dicuri oleh negara asing, seperti yang pernah terjadi pada kesenian lainnya," kata Pudjianto.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009