"Kapasitas 500 penumpang dengan mesin 1.040 PK," katanya kepada pers di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal menyatakan, kapal naas tersebut sanggup membawa 300 penumpang, sedangkan informasi yang didapatnya, jumlah penumpang yang berada dalam kapal itu berkisar antara 200 hingga 250 orang.
Sunaryo juga menyatakan, data KM Teratai Prima menunjukkan buatan tahun 1999 dengan rute operasi empat kali dalam sebulan di jalur laut Samarinda-Parepare.
Ia membantah kalau kapal naas itu memakai mesin 2x520 PK yang biasa digunakan mobil, sehingga menjadi salah satu penyebab tenggelamnya kapal.
"Itu tidak benar. Itu sudah dicek oleh Badan Kualifikasi Indonesia (BKI), namun sebenarnya itu tak masalah, selama pergantian itu melalui aturan yang benar. Maka itu sah-sah saja," ujarnya.
Menurut Sunaryo, tenggelamnya kapal tidak tergantung besar kecil kapal, melainkan bisa akibat cuaca buruk. "Perahu pompong pakai mesin 250 PK bisa tenang-tenang saja," ujarnya.
Terkait dengan data 103 penumpang diketahui merupakan penumpang gelap KM Teratai Prima karena tidak termasuk dalam daftar perjalanan penumpang (manifes), Sunarnyo menegaskan, hal itu merupakan tanggung jawab operator atau nakhoda.
"Aturannya, nakhoda atau operator membawa selembar manifest ke adpel dan harus ditandatangani oleh adpel. Jadi, kalau manifestnya salah, itu tandanya nakhoda atau operator melakukan tindakan penipuan. Ini pidana," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2009