New York (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan permintaan minyak 2020 karena pembatasan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memerangi virus corona, tetapi ketahanan di pasar ekuitas dan dolar yang lemah membatasi kerugian.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober mengakhiri sesi dengan penurunan 47 sen atau satu persen, menjadi 44,96 dolar AS per barel. Sementara itu, menyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan September turun 43 sen atau satu persen, menjadi 42,24 dolar AS per barel.
Badan Energi Internasional memangkas perkiraan permintaan minyak 2020 dan mengatakan pengurangan perjalanan udara karena pandemi akan menurunkan konsumsi minyak global tahun ini sebesar 8,1 juta barel per hari (bph).
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan bahwa permintaan minyak dunia akan turun 9,06 juta barel per hari tahun ini, lebih dalam dari penurunan 8,95 juta barel per hari yang diperkirakan sebulan lalu.
“Secara keseluruhan, baik OPEC kemarin atau rilis IEA hari ini tampaknya tidak banyak berpengaruh pada pasar minyak yang masih terutama terfokus pada ekspansi yang sedang berlangsung dalam risk appetite (selera risiko) yang tetap tidak terpengaruh oleh kurangnya kemajuan dalam merumuskan kesepakatan stimulus AS yang layak,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.
Wall Street telah memulihkan sebagian besar triliunan kapitalisasi pasar yang hilang di awal pandemi, dan indeks S&P 500 sempat diperdagangkan di atas rekor penutupan tertinggi pada Kamis (13/8).
Dolar jatuh ke level terendah dalam seminggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang asing.
Investor di seluruh kelas aset masih menunggu terobosan pada paket stimulus AS lainnya dan mengawasi hubungan AS-China yang janggal menjelang pembicaraan perdagangan pada 15 Agustus.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan dia tidak mengharapkan keputusan tergesa-gesa mengenai pengurangan produksi ketika komite pengawas OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, bertemu minggu depan karena pasar minyak telah stabil.
Bulan lalu OPEC+ mengurangi pemotongan menjadi sekitar 7,7 juta barel per hari hingga Desember dari penurunan sebelumnya sebesar 9,7 juta barel per hari, mencerminkan peningkatan bertahap dalam permintaan minyak global.
Harga menemukan beberapa dukungan ketika persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS turun minggu lalu karena penyuling meningkatkan produksi dan permintaan meningkat, sebuah laporan pemerintah menunjukkan.
Harga minyak telah bergerak di kisaran sempit sejak pertengahan Juni, dengan Brent diperdagangkan antara 40-46 dolar AS per barel, dan WTI antara 37-43 dolar AS per barel.
“Pasar bergerak dari kelebihan pasokan kronis pada April-Mei menjadi defisit pada Juni,” kata Ehsan Khoman, kepala penelitian dan strategi MENA di MUFG. “Defisit pasar minyak yang mendasarinya menjadi lebih jelas dan, bersama dengan narasi refleksi yang lebih luas, menjaga harga minyak tetap stabil."
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020