Jakarta (ANTARA) - Diskusi daring bertajuk "Basri Menyapa" menghadirkan desainer sekaligus co-founder serta CEO PT Sembilan Matahari Adi Panuntun sebagai pembicara utama pada edisi kelima.
Nama Adi Panuntun yang dikenal setelah karya video mapping berjudul "Kriyasana" menjadi juara dunia dalam ajang Moscow International Festival Circle of Light 2014 itu berbagi cerita saat dirinya menjuarai perhelatan tersebut.
Adi mengatakan bahwa permainan audio menjadi salah satu elemen yang terpenting dalam membuat produk audio visual yang menarik perhatian, seperti yang terdapat dalam seni video mapping.
"Audio bisa membuat irama visual jadi lebih hidup. Itu menjadi ulasan penting dan hal ini sempat disampaikan ketua juri di Moskow," kata Adi Panuntun dalam diskusi daring "Basri Menyapa" ke-5, Kamis.
"Juri menyampaikan salah satu yang menjadi kekuatan dari Kriyasana menjadi pilihan juri adalah di 30 detik awal di mana penonton masih sibuk sama hp kasak-kusuk, itu semua terhipnotis oleh permainan audio yang mengiring fokus mereka ke permainan visualnya," sambung dia.
Dalam festival yang disaksikan lebih dari 700 ribu penonton itu, Adi memasukkan bunyi musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia yang disesuaikan dengan telinga pendengar mancanegara.
"Audio ini memang kita banyak terpengaruh dari bagaimana kita mengkomposisi instrumen unik dari nusantara seperti karinding, angklung tapi nuansa bebunyian alat musik pentatonik itu bisa bermain di wilayah diatonik dan user friendly untuk telinga internasional," ujar Adi Panuntun.
Selain itu, pria asal Bandung ini juga menyampaikan betapa pentingnya bagi desainer untuk pandai menangkap fenomena yang terjadi secara aktual ke dalam karya yang dibuat.
Hal ini dia buktikan ketika berkompetisi dalam Berlin Light Festival pada 2017 yang berhasil memboyong Juara I sekaligus kategori Favorit pilihan penonton.
"Misalnya sedang ada fenomena apa, sedang ada tren apa. Apa isu di dunia internasional. Jadi sensitifitas dari kita untuk menangkap isu itu bisa tertuang di karya kita sehingga engagement dari apresiator bisa masuk ke karya kita," terangnya.
"Ini tantangan yang harus dipelajari atau di legacy-kan kepada adik-adik atau peserta berikutnya dari Indonesia yang juga sekarang udah banyak yang bergiat di festival internasional," imbuhnya.
Baca juga: "Video mapping", alternatif seni modern yang masih diminati
Baca juga: Puncak H(ART)BOUR Festival, tampilkan video mapping hingga musik
Baca juga: Atraksi video mapping tampilkan Asian Games 1962
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020