Semarang (ANTARA News) - Pimpinan International Brain Academy (IBA) Indonesia, Jong Ren Young mengatakan, memainkan musik klasik dapat membantu menyeimbangkan fungsi antara otak kiri dan kanan.
"Secara umum, orang Asia dilahirkan secara genetik dengan fungsi otak kanan lebih dominan," katanya di sela pergelaran "Asia IBA Concert Tour 2009-2010" di IBA Semarang, Senin malam.
Padahal, kata dia, penggunaan otak kanan saja tanpa memperhatikan otak kiri tidak akan cukup, terutama berkaitan dengan cara berpikir logis yang dipengaruhi oleh fungsi otak kiri.
Menurut dia, otak kanan berfungsi untuk memberikan fantasi, apresiasi seni, dan sebagainya, sementara otak kiri bertugas dalam pemecahan masalah, sehingga harus digunakan secara seimbang.
Ia mengatakan, keadaan tersebut berbeda dengan orang-orang Barat yang memang terlahir secara genetik dengan fungsi otak kiri biasanya lebih dominan dibandingkan dengan otak kanan.
"Hal ini dibuktikan dengan kemunculan nama-nama para ahli di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Barat, sedangkan ilmuwan dari Asia hampir tidak dapat ditemui," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri dapat dilakukan dengan cara memainkan musik klasik, seperti metode pembelajaran musik yang diajarkan di IBA.
"IBA tidak seperti sekolah musik biasanya, namun IBA merupakan sekolah musik yang membantu siswa menggunakan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang lewat permainan musik klasik," katanya.
Menurut dia, kalaupun nantinya siswa yang bersangkutan menjadi seorang yang sangat mahir dalam memainkan alat musik, hal itu merupakan hasil sampingan yang tidak menjadi tujuan utama IBA.
Selain mengaktifkan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang, lanjut dia, metode yang diterapkan dalam pembelajaran musik di IBA juga dapat menyeimbangkan fungsi sum-sum tulang belakang.
Ia menjelaskan, metode pembelajaran musik di IBA secara spesifik adalah memperkenalkan ritme, harmoni, dan hal-hal bersifat matematis yang terdapat dalam musik, terutama musik klasik.
IBA Indonesia, kata dia, saat ini baru ada di Jakarta, Surabaya, dan Semarang, sedangkan di luar negeri sudah ada di Australia, Singapura, Hongkong dan berpusat di Jerman.
"Untuk IBA Indonesia, kami tidak menggunakan musik Asia karena coraknya masih mengandalkan fungsi otak kanan, sehingga memilih musik-musik klasik yang berasal dari Barat," kata pria yang berdomisili di Jerman itu.
Dalam pergelaran itu, para pianis cilik IBA Jerman, IBA Indonesia dan SD Bernardus secara bergantian beraksi menghibur penonton dengan menunjukkan kepiawaiannya menarikan jari-jarinya di atas tombol piano.
Stephanus Maximillian (15), salah satu pianis IBA Indonesia mencoba kebolehannya bermain piano dengan memainkan satu lagu dari "soundtrack" film Pirates of Caribbean hanya menggunakan satu tangan.
"Saya ingin benar-benar menjiwai lagu ini, karena tokoh aslinya adalah bajak laut yang hanya memiliki satu tangan utuh, saya juga memakai satu tangan," kata siswa SMP Domenico Savio Semarang itu sesaat sebelum membawakan lagu. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009