Pontianak (ANTARA News) - Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf mengatakan media massa mempunyai tanggung jawab tidak hanya menampilkan fakta namun juga mendorong pemberitaan yang mencerahkan.

"Bisa saja memang ada persoalan seperti di Kalimantan Barat mengenai perbatasan. Atau persoalan komoditi yang selama ini menjadi unggulan daerah," kata Ahmad Mukhlis Yusuf setelah menjadi pembicara dalam "Economy Outlook 2010: Peluang dan Tantangan Kalbar" di Pontianak, Senin.

Menurut dia, masalah-masalah tersebut merupakan fakta yang dapat ditampilkan di media massa. Namun, lanjut dia, wartawan juga perlu mencari nara sumber yang tepat serta memahami prospek ekonomi di Kalbar.

"Perlu juga dicari nara sumber yang berkaitan dengan peraturan berinvestasi sehingga publik dapat melihat Kalbar sebagai daerah tujuan investasi," kata Ahmad Mukhlis Yusuf.

Ia menambahkan, secara umum media dapat berperan dalam mendorong ekonomi di antaranya dengan menggambarkan kegiatan baik di daerah maupun nasional apa adanya. "Media dapat memilih sudut pemberitaan yang perlu diberi perhatian atau tidak sesuai kebijakan redaksi," katanya.

Selain itu, menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian ekonomi atau sebaliknya. Kemudian, mempresentasikan peluang dan tantangan ekonomi kepada publik sehingga memungkinkan terjadinya umpan balik.

Ia melanjutkan, media massa pada akhirnya menjadi kekuatan pengubah masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi agar bergairah.

Ia juga menyinggung tentang pemberitaan mengenai kasus Bank Century (kini Bank Mutiara) yang marak di berbagai media massa. "Ada tiga lapis masalah yang perlu dipilah dalam kasus Bank Century. Pertama kebijakan, kedua pengawasan dan ketiga aliran dana," kata dia.

Ia mengingatkan, media massa sebenarnya harus membedah ketiga lapis masalah itu secara proporsional. "Misalnya membedah aliran dana, dikawal sehingga orang yang benar-benar bersalah dihukum dengan adil. Jangan `jumping` ke politik," katanya.

Ia berpendapat saat ini yang terjadi kasus Bank Century sudah "melompat" ke ranah politik sehingga ada kesan menghakimi melalui media. "Kalau `trial by the press`, kalau itu terjadi, sepertinya tidak bijaksana," kata Ahmad Mukhlis Yusuf.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009