Jakarta (ANTARA News) - Mantan Sekretaris Komite Kebijakan Sistem Keuangan (KKSK) Raden Pardede mengatakan keputusan KSSK mengenai penyelamatan Bank Century telah dilakukan berdasarkan pertimbangan profesional.

"Keputusan tersebut dilakukan karena kita profesional dalam melihat masalah ini ," ujarnya dalam diskusi publik "Membedah Bailout Bank Century" yang diadakan LKBN ANTARA di Hotel Nikko Jakarta, Senin.

Menurut dia, biaya untuk menutup Bank Century akan lebih besar dibandingkan untuk menyelamatkan Bank dan membuat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjadi lebih rugi.

"Kalau KSSK tidak mengambil aksi dan Bank ditutup maka dana yang dikeluarkan adalah sebesar Rp5,8 triliun dengan rincian pengembalian dana pihak ketiga sebesar Rp6,4 triliun dikurangi penjualan aset Rp0,6 triliun," ujarnya.

Sedangkan, ia menambahkan biaya yang dikeluarkan LPS untuk menyelamatkan Bank hanya menghabiskan dana Rp3,7 triliun dengan rincian injeksi dana talangan sebesar Rp6,7 triliun dikurangi potensi balik modal Rp3 triliun.

"Jadi seandainya Bank Century ditutup, LPS akan rugi lebih besar," ujarnya.Raden juga mengatakan bahwa ia kecewa dengan banyaknya tudingan yang terkait dengan penyelamatan Bank Century, terutama terhadap Menteri Keuangan.

"Tudingan bahwa Menkeu bertemu Robert Tantular dan berbincang-bincang selama empat jam sangat menyakitkan, karena kita sangat terganggu dan profesional, karena bahkan apabila ada keluarga Menkeu hadir (dalam rapat) pasti akan merusak nilai dan kepercayaan masyarakat," ujarnya.

Raden juga membantah tudingan bahwa ada telepon pada pagi hari dari Presiden kepada Mentari Keuangan untuk menyelamatkan Bank Century. "Saya shock mendengar tuduhan itu," ujarnya.

Ia menambahkan kalaupun ada penyelewengan aliran dana dalam penyelamatan Bank maka hal tersebut harus diproses terlebih dahulu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

"Itu harus diproses dahulu, kita pun dalam membuat keputusan pun dilakukan dengan dasar dan data yang kuat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujarnya. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009