Jakarta (ANTARA News) - Kepala Detasemen Khusus 88 Anti Teror Badan Reserse Kriminal Polri Kombes Pol Tito Karnavian mengatakan, ideologi terorisme yang mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuan tetap berpotensi berkembang di tahun 2010 kendati sejumlah gembong terorisme telah tertangkap dan tewas.

Tito mengatakan hal itu di Jakarta, Senin, usai menerima rombongan studi banding (study trip) 34 mahasiswa Stanford Business Graduates School, Amerika Serikat.

"Ancaman teror memang akan jauh berkurang dengan tewasnya Noordin M Top dan kawan-kawannya namun bukan berarti masalah terorisme akan selesai karena ideologi untuk itu masih ada di tengah masyarakat," katanya.

Ia mengatakan, ideologi terorisme itu bisa akan menguat kembali karena ada pengaruh dari dalam maupun dari luar negeri.

Pengaruh dalam negeri yang akan menyebarkan terorisme lagi antara lain konflik lokal yang disertai dengan pertentangan agama seperti yang terjadi di Poso dan Ambon.

"Jika kelompok Islam diposisikan sebagai pihak yang terdzalimi (teraniaya) maka ideologi akan menguat lagi," katanya.

Pengaruh dari luar negeri yang dimaksud Tito adalah konflik seperti yang terjadi di Afghanistan, Pakistan dan Irak.

Ideologi terorisme tetap ada karena masih melekat di individu-individu terutama mereka yang pernah bepergian ke tempat konflik di luar negeri.

Memang tidak semua yang pernah ke luar negeri akan memunculkan kembali ideologi terorisme tapi potensi itu tetap ada dan sangat tergantung oleh faktor dalam dan luar negeri," ujar lulusan Akademi Kepolisian tahun 1987 dan segera berpangkat Brigjen Pol itu.

Ia mengatakan, pemerintah melalui Badan Anti Teror di Kementerian Politik Hukum dan Keamanan akan memonitor perkembangan ideologi terorisme itu sebagai upaya mencegah aksi terorisme.

Rombongan para mahasiswa asal Amerika Serikat ini berada di Indonesia selama tiga hari dengan agenda bertemu dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, Kadin, Wakil Presiden Boediono dan sejumlah tokoh agama.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009