Bangli (ANTARA News) - Hasil panen kopi arabika petani di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang diproses dengan baik menghasilkan kopi kualitas ekspor dan mampu menembus sejumlah pasar di mancanegara.

Kepala Bidang Produksi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Perhutanan Kabupaten Bangli, Wayan Tagelsujana di Bangli, Senin, mengatakan dengan sentuhan teknologi disesuaikan dengan permintaan pasar maka kopi Kintamani mampu menembus mancanegara.

Ia mengatakan hal tersebut saat menerima kunjungan Bagian Humas Kabupaten Temanggung bersama beberapa wartawan di agrowisata Banjarmabi, Kintamani, Bangli.

Melalui kemitraan kopi Kintamani telah diekspor ke beberapa negara, antara lain ke Jepang, Eropa, Arab, dan Australia. Paling banyak diekspor ke Jepang, pada 2008 mencapai 125 ton.

Menurut dia, semula petani hanya mengolah kopi secara tradisional dengan memetik buah kopi merah maupun yang masih hijau. Namun dengan pengolahan yang baik akhirnya mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri.

Ia mengatakan, untuk menghasilkan kualitas kopi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain dipetik waktu buah merah, kemudian langsung diolah dengan memisahkan kulit biji. Setelah itu dilakukan vermentasi selama 24-36 jam dan baru dijemur.

"Dalam proses penjemuran tidak boleh langsung kering seketika karena dapat berpengaruh pada kualitas kopi. Pengeringan memakan waktu sekitar 15 hari dengan cuaca seperti di Kintamani," katanya.

Ia mengatakan, dengan proses tersebut kopi benar-benar kering dengan kadar air sekitar 12-14 persen. Setelah proses pengeringan selesai, kopi tidak langsung dipasarkan tetapi harus disimpan satu hingga dua bulan.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Perhutanan Kabupaten Bangli, Wayan Sukartana mengatakan kopi Kintamani mempunyai rasa khas, yakni pait dan sedikit asam.

Ia mengatakan, Kintamani merupakan penghasil terbesar kopi di Kabupaten Bangli yakni mencapai 97 persen dan pengembangan tanaman kopi di daerah ini dengan pola tumpangsari bersama tanaman jeruk.

Melalui pola tersebut petani selain mendapatkan penghasilan dari kopi juga mendapatkan tambahan penghasilan dari tanaman jeruk.

Ia menyebutkan, jumlah tanaman kopi pada 2008 sekitar 4.289 hektare terdiri atas kopi arabika 3.925 hektare dan robusta 364 hektare. Produktivitas kopi arabika 566 kg/hektare/tahun, sedangkan kopi robusta 448/kg/hektere/tahun. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009