Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama (Dirut) Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Meidyatama Suryodiningrat mengatakan gender merupakan bagian dari diversifikasi atau penganekaragaman yang diperlukan dalam ruang redaksi.
"Secara gampang saya tidak terlalu spesifik peduli pada masalah gender di ruang redaksi, yang saya peduli adalah diversifikasi," katanya saat diskusi daring dengan tema Kesetaraan Gender di Ruang Redaksi yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kowani: Pandemi momentum penerapan kesetaraan gender
Baca juga: Direksi ANTARA terima kunjungan Komisi IX DPR
Meidyatama Suryodiningrat mengatakan secara umum yang perlu dilakukan ialah memperkaya kebinekaan di ruang redaksi, termasuk masalah gender, etnisitas dan kepercayaan.
Dimas, sapaan akrabnya, menyampaikan sebuah persoalan atau contoh yang sering ditulis oleh media massa di Jakarta, yakni menyangkut Papua. Namun, keadaan yang sering luput adalah seberapa banyak atau persentase staf sebuah media massa yang berasal dari Papua.
"Ini suatu contoh tantangan yang kita hadapi secara lebih besar dalam melihat negara yang begitu majemuk," ujarnya.
Oleh karena itu, perlu upaya memperkaya kebinekaan tersebut di ruang redaksi yang mencakup gender, etnisitas dan kepercayaan. Pada kesempatan itu, Dimas juga menyampaikan pernah membuat suatu program dimana penerimaan wartawan berasal dari luar Jawa.
Baca juga: Hannah Al Rashid bicara soal kesetaraan gender di industri film
Baca juga: Wakil Ketua MPR menilai jurang kesetaraan gender masih lebar
Dalam program tersebut, katanya, media yang saat itu dikomandoinya mencoba melakukan diversifikasi yang di dalamnya juga terdapat masalah gender. "Sekali lagi kalau tidak ada diversifikasi kita tidak akan pernah bisa peduli," katanya.
Ia mengatakan siapa saja bisa dididik menjadi apapun. Namun, pada prinsipnya akan kembali pada diri sendiri. Sebagai contoh saat di kantor mempunyai posisi Direktur Utama, namun ketika di rumah tetap kembali pada perspektif sebagai orang tua atau bapak.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020