Mamuju (ANTARA News) - Kondisi eks pengungsi konflik di daerah Aralle, Tabulahan, dan Mambi (ATM) di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat yang terjadi tahun 2004 silam, masih sangat memprihatinkan.

"Masih ada sekitar 30 kepala keluarga yang masih berada dalam kondisi yang memprihatinkan, baik dalam hal pendapatan ekonomi, perumahan dan juga tingkat pendidikan," ungkap tokoh masyarakat Pitu Ulluna Salu, Ahmad Appa, di Mamuju, Minggu.

Menurut dia, masih banyak tempat tinggal para pengungsi masih dalam kondisi yang tidak layak huni, dan masih banyak pula yang belum mendapatkan bantuan perumahan.

"Belum lagi, anak-anak pengungsi dari wilayah ATM belum memperoleh pendidikan yang layak," tuturnya.

Ia sangat menyayangkan fenomena ini, karena pada dasarnya konflik tersebut sudah lama terjadi dan seharusnya pengungsi sudah menerima bantuan yang layak dari pemerintah setempat.

Sebagian besar pengungsi tersebut saat ini berdomisili di daerah sekitar Kecamatan Aralle, Tabulahan, dan Mambi seperti di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), dan sebagainya.

Ia mengatakan, usai konflik ATM yang terjadi sekitar lima tahun yang lalu, ada dana yang dialokasikan oleh pemerintah sebesar Rp100 miliar untuk pemulihan daerah konflik, dan juga pengungsi.

Akan tetapi, dalam kenyataan, masih terdapat banyak pengungsi yang berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

"Kami sebagai masyarakat setempat, mempertanyakan alokasi dana tersebut, karena dengan dana terebut, seharusnya sudah ada perubahan nasib seluruh pengungsi dari ATM," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah bisa memperhatikan nasib para pengungsi tersebut. Minimalnya, ada sarana pendidikan dan perumahan yang layak bagi eks pengungsi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009