Lumajang (ANTARA News) - Selama musim hujan ini, para pendaki dilarang melakukan pendakian hingga ke puncak Gunung Semeru/Mahameru (3.676 mdpl) karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Memang benar, pihak Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung hanya merekomendasikan jalur pendakian hingga pos Kalimati saja," kata Kepala Bidang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Wilayah II di Lumajang, Anggoro Dwi Sujiharto kepada ANTARA di Jember, Minggu.

Menurut dia, status Gunung Semeru masih waspada, dan dikhawatirkan muncul letusan-letusan yang membahayakan para pendaki yang akan naik ke Mahameru tersebut.

"Seluruh pendaki harus mematuhi prosedur itu dan tidak boleh melanggar, apabila para pendaki nekat naik ke puncak Semeru maka risiko ditanggung sendiri," kata Anggoro menegaskan.

Ia menjelaskan, TNBTS selalu berkoordinasi dan mendapat rekomendasi terkait dengan diperbolehkan atau tidaknya jalur pendakian ke puncak Semeru.

"TNBTS pernah menutup jalur pendakian ke Semeru pada bulan Maret lalu karena status Semeru meningkat dari waspada menjadi siaga. Kini, status Gunung Semeru waspada," paparnya.

Sementara, Kepala Pos Pantau Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, Suparno, mengemukakan, beberapa hari terakhir jumlah gempa letusan di puncak Semeru sekitar 100-140 kali.

"Selama musim hujan dikhawatirkan terjadi cuaca buruk dan badai di puncak Semeru, sehingga para pendaki tidak boleh naik ke puncak Semeru, Jalur pendakian hanya dibatasi ke pos Kalimati saja," ujar Suparno.

PVMBG di Bandung, kata dia, memberikan rekomendasi khusus untuk menuju ke puncak Semeru pada upacara 17 Agustus lalu, selama tiga hari. Setelah itu, pendaki tidak boleh melakukan pendakian hingga ke puncak Semeru, sampai saat ini.

"Kami berharap, para pendaki mematuhi aturan itu dan tidak melanggarnya. Apabila pendaki nekat melakukan pendakian ke puncak Semeru maka nyawa adalah taruhannya," katanya tegas.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009