Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menargetkan Rencana Aksi Nasional (RAN) penurunan emisi 26 persen selesai pada Maret 2010, demikian diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa.
"Terkait dengan COP-15 (pertemuan perubahan iklim PBB), kita siapkan Rencana Aksi Indonesia untuk menurunkan emisi 26 persen, pada Maret harus sudah selesai," kata Hatta di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, Minggu siang.
Menurut Hatta, RAN itu akan ditetapkan melalui suatu MRV (Measurement, Reporting and Verification/Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi).
"MRV ini penting, oleh karena itu Presiden tadi menegaskan sebelum orang melakukan MRV kepada kita, kita harus melakukan MRV terhadap diri kita sendiri," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah harus mulai membentuk suatu sistem nasional yang tangguh sehingga nanti bisa melakukan evaluasi seluruh agenda dan kegiatan RAN dalam mencapai target penurunan emisi 26 persen pada 2020.
Hatta menegaskan bahwa RAN tentang penurunan emisi karbon harus disampaikan hingga ke tingkat daerah provinsi.
Ia juga menjelaskan mengena dua keputusan yang dihasilkan dalam Pertemuan Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen, 7-18 Desember 2009.
"Pertama adalah yang terkait dengan seluruh rencana kerja selama ini termasuk pertemuan Bali (UNFCCC 2007) dan kedua adalah` Copenhagen Accord` yang menyebut mengenai bantuan negara-negara terhadap penurunan emisi karbon," katanya.
Sebelumnya Hatta, mengikuti briefing yang dipimpin oleh Presiden Yudhoyono di Bandara Halim Perdana Kusuma setibanya Presiden dari lawatannya ke sejumlah negara di Eropa.
Pada kesempatan itu Kepala Negara menyampaikan tindak lanjut dan langkah-langkah yang akan dilakukan pasca lawatannya itu agar hasil pertemuannya dengan sejumlah pemimpin Eropa dapat diwujudkan dalam hal-hal yang nyata.
Ia terutama menyampaikan mengenai hasil pertemuan dwipihak dengan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, Presiden Perancis Nicolas Sarcozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Kemudian agenda multilateral, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim sebagaimana yang menjadi hajat utama kunjungan kerja kita ke Eropa beberapa saat yang lalu," ujarnya.
Sebelumnya saat transit di Dubai, Persatuan Emirat Arab, Presiden Yudhoyono telah menyatakan bahwa Indonesia menyambut baik disepakatinya naskah "Copenhagen Accord" (Kesepakatan Kopenhagen) menjadi bagian dari konferensi perubahan iklim dan menilainya sebagai hasil yang positif.
I a juga mengatakan bahwa Copenhagen Accord yang disepakati dalam konferensi tentang iklim di Kopenhagen akan diadopsi dalam kerangka kerja pembangunan nasional sehingga Indonesia memiliki program yang sejalan dengan upaya penanganan perubahan iklim.
"Karena Indonesia ikut dalam perumusan tersebut, maka rencana aksi nasional yang sudah kita siapkan akan kita mutakhirkan,artinya yang sudah kita miliki akan kita cocokkan," kata Presiden.
Ia menjelaskan sejak awal telah mengetahui pencapaian kesepakatan tentang peran masing-masing negara dalam upaya penanganan perubahan iklim akan berlangsung alot dan tidak mudah, namun demikian Indonesia harus tetap memiliki langkah dalam negeri terlepas dari ada atau tidak adanya kesepakatan di Kopenhagen.
Presiden melakukan lawatan Belgia, Perancis, Jerman serta Denmark pada 13-20 Desember 2009.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009