Lagos (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Gerilyawan Nigeria mengatakan mereka melancarkan serangan lagi terhadap pipa minyak, demikian laporan kantor berita setempat, Sabtu.
Gerakan untuk Emansipasi Delta Niger (MEND), kelompok gerilyawan utama yang bersenjata di Nigeria selatan, sebagaimana dikutip mengatakan mereka telah menyerang sebuah jaringan pipa minyak yang dioperasikan oleh perusahaan Shell dan Chevron di negara bagian Rivers, Nigeria.
Serangan bersenjata itu terjadi setelah beberapa gencatan senjata dengan pemerintah.
Awal Oktober, kelompok bersenjata itu menyatakan mereka mengakhiri gencatan senjata tiga bulannya, dan mengancam untuk melanjutkan serangan terhadap industri minyak dan gas terbesar di benua Afrika tersebut.
Kelompok gerilyawan itu menyatakan bahwa pihaknya akan mengumumkan dilanjutkannya serangan, yang selama tiga tahun terakhir menghentikan pengurasan minyak Nigeria hingga dua pertiga dari kapasitas produksinya, yang menyebabkan negara itu kehilangan pendapatan miliaran dolar AS.
MEND mengatakan tahap berikut dari perjuangannya akan sangat kritis dan pihaknya mengancam akan membakar habis semua instalasi minyak yang diserang sebelumnya.
Kelompok itu juga berikrar bahwa gencatan senjata tiga bulannya tidak memberikan kemungkinan perundingan perdamaian, meskipun setelah pemerintah memberikan amnesti kepada semua anggota gerilyawan bersenjata.
Jackjrich, pemimpin senior gerilyawan yang mempunyai kaitan dengan MEND dan telah menyerahkan diri, mengabaikan ancaman dari bekas kelompoknya tersebut.
Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat dari Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua.
Jumlah orang yang mengambil bagian dalam program amnesti melampaui perkiraan pemerintah dan menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana orang-orang itu nanti direhabilitasi dan disatukan kembali ke dalam masyarakat.
Pemberian amnesti Yar`Adua itu merupakan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari dua pertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu merugi milyaran dolar AS.
Para aktivis dan penduduk Delta Niger sebelumnya memang telah memperingatkan bahwa mantan gerilyawan itu bisa dengan mudah kembali ke kawasan sungai dan memulai lagi serangan jika Abuja tidak segera memberi mereka pekerjaan.
Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua dan mantan pemimpin gerilyawan di negara itu bertemu pada Oktober silam di Abuja, setelah para gerilyawan menerima tawaran pengampunan pemerintah dan meletakkan senjata mereka.
Presiden menyampaikan terima kasih kepada mantan ketua gerilyawan yang merespon undangan kepala negara, dan mengatakan keinginan mereka untuk menghadiri pertemuan itu menunjukkan bahwa semua orang Nigeria itu berkelakuan baik.
Kepala negara menyeru semua pihak agar menghormati proses itu dan bersabar karena perkembangan itu memakan waktu dan menyita tenaga untuk mencapai suatu kesepakatan, tulis surat kabar Daily Independent.
"Kami berusaha menjalani proses yang benar setelah amnesti itu. Nigeria akan menjadi contoh global dalam upaya mencapai perdamaian abadi dalam situasi yang sangat sulit," tulis koran itu, yang mengutip presiden.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009