Jakarta (ANTARA News) - Perebutan kekuasaan merupakan salah satu pemicu timbulnya radikalisme, tak terkecuali di antara kelompok Islam, kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto di Jakarta, Sabtu.

"Perebutan kekuasaan sesama Muslim telah memperlambat laju pengembangan kelompok Muslim itu sendiri, bahkan dapat melahirkan radikalisme dalam berbagai bentuk kekerasan dan pertikaian antarkelompok," katanya saat membuka Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia.

Jika pemimpin Muslim telah bersepakat, katanya, maka Islam akan selalu menjadi agama yang teduh, penuh dengan kedamaian dan membawa kesejahteraan.

Oleh karena itu, ia berharap para pemimpin umat Muslim dari beberapa negara yang hadir dalam konferensi ini dapat menjadi fasilitator perdamaian di negara-masing-masing.

Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS) bekerja sama dengan The World Forum for Proximity of Islamic School of Thought yang berpusat di Iran.

Konferensi yang digelar dalam rangkaian pramuktamar NU ke-32 itu diikuti oleh 100 ulama dan cendekiawan antara lain dari Iran, Mesir, Syiria, Lebanon, Libya, Irak, Palestina, Jordania, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura dan Indonesia.

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi yang juga Sekjen ICIS dalam sambutannya mengatakan, di tengah tantangan krisis global ternyata konflik internal masih melanda warga Muslim di beberapa negara. Menurutnya, sebagian kelompok Muslim kurang memahami konsep ukhuwah islamiyah atau persaudaraan Muslim.

Menurutnya, salah satu faktor yang menghalangi ukhuwah Islamiyah, adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya persatuan di antara berbagai elemen Muslim seluruh dunia.

"Kurangnya kesadaran ilmiah bahwa ajaran Islam secara fundamental memberikan ruang untuk berbeda pendapat sepanjang tidak keluar dari prinsip-prinsip keimanan yang ketentuan syariat yang baku," katanya.

Faktor lainnya adalah permusuhan pribadi atau kelompok yang dilegitimasi oleh ajaran yang dikembangkan aliran tertentu serta persoalan politik yang dibawa ke lingkup agama.

"Beberapa konflik yang melanda umat Islam di beberapa negara harus diakui lahir dari friksi-friksi politik," katanya.

Oleh karena itu, menurut Hasyim, dialog dan toleransi merupakan faktor penting yang harus terus dikembangkan.

Sekretaris Jenderal The World Forum for Proximity of Islamic School of Thought Iran Ayatullah Muhamamad Ali Tashkiri pun berpendapat senada. Dikatakannya, Islam adalah agama dialog dan sejarah membuktikan generasi awal Islam pun mengedepankan dialog.

"Islam agama persatuan dan kebersamaan yang mengajak kepada persaudaraan," katanya.

Ia berharap konferensi yang sedang berlangsung dapat menyumbangkan berbagai pokok pikiran untuk mempersatukan berbagai kelompok Muslim yang ada di dunia. Persatuan, katanya, akan mengarahkan umat Muslim pada tujuan bersama.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009