Bandung (ANTARA) - Manajer Lapangan Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjajaran (Unpad), dr Eddy Fadliyana mengatakan ada beberapa kriteria agar vaksin Sinovac bisa lolos uji klinis tahap ketiga ini.
Di antaranya, vaksin itu bisa dikatakan berhasil apabila tidak banyak relawan yang mengalami efek samping yang berat. Kemudian antibodi di tubuh para relawan harus muncul setelah vaksin disuntikkan.
"Lalu dilihat efikasinya, jadi nanti kelompok yang divaksin itu kelihatan tidak terkena infeksi virus COVID-19, selama enam bulan (proses uji klinis)," kata Eddy di Bandung, Rabu.
Menurutnya, setelah vaksin itu melalui tahap kedua dan ketiga uji klinis, vaksin itu 90 persen lebih dinilai bisa melindungi dari infeksi COVID-19. Meski begitu, ia tak menampik masih ada potensi orang yang divaksinasi, namun masih bisa terkena COVID-19.
Baca juga: Airlangga: Pemerintah siapkan pendanaan vaksin Rp5 triliun tahun ini
Baca juga: Pemerintah pilih vaksin COVID-19 dari kandidat terbaik dan tercepat
"Masih bisa terkena infeksi, tapi sebagian besar terlindungi," kata dia.
Menurutnya antibodi di tubuh akan timbul dalam 14 hari setelah penyuntikan vaksin kedua. Dalam proses uji klinis itu, para relawan memang menempuh dua kali penyuntikan vaksin.
Lalu dalam enam bulan ke depan, tim riset bakal melihat perkembangannya terkait berapa jumlah relawan yang terkena COVID-19 dan yang tidak. Selain itu, relawan juga diperiksa antibodinya.
"Dalam enam bulan itu kita lihat, apakah menurun atau masih tinggi antibodinya dan kejadian efek sampingnya," kata dia.*
Baca juga: Uji klinis fase tiga vaksin COVID-19 di Indonesia resmi dimulai
Baca juga: BPOM cari alternatif vaksin lain untuk penanganan COVID-19
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020