BoJ mempertahankan penilaian bahwa perekonomian secara bertahap pulih dari kemerosotan terburuk dalam beberapa dasawarsa, seperti tidak mengubah tingkat acuan pinjaman pada 0,1 persen, sejak Desember 2008.
"Perekonomian Jepang terangkat terutama karena berbagai langkah kebijakan yang diambil di dalam dan luar negeri, walaupun belum ada momentum yang memadai untuk mendukung pemulihan secara mandiri permintaan swasta dalam negeri," katanya dalam sebuah pernyataan.
Pada waktu yang sama, bank sentral Jepang ini menyuarakan meningkatnya keprihatinan mengenai deflasi, yang mencederai pendapatan korporasi dan mendorong sebagian konsumen menunda pembelian dengan harapan mendapatkan harga yang lebih rendah di masa depan.
Dalam komentarnya yang nyaring dan tidak biasa, BoJ mengatakan tidak mentoleransi penurunan harga konsumen.
"Bank mengakui bahwa itu adalah tantangan penting bagi perekonomian Jepang untuk mengatasi deflasi. BoJ akan mempertahankan lingkungan keuangan yang sangat akomodatif," demikian BoJ.
Indeks harga konsumen Jepang turun 2,2 persen selama Oktober dari tahun sebelumnya, menandai penurunan selama delapan bulan berturut-turut.
BoJ, berada di bawah tekanan pemerintah untuk meningkatkan perjuangannya melawan deflasi, awal bulan ini memutuskan menginjeksi dana 10 triliun yen (112 miliar dolar AS) ke dalam sistem keuangan melalui fasilitas pinjaman baru.
Perekonomian Jepang kembali ke pertumbuhan positif pada kuartal kedua tahun ini setelah resesi sepanjang tahun yang parah.
Namun pemerintah pekan lalu melaporkan bahwa perekonomian nomor dua dunia itu tumbuh pada tingkat yang jauh lebih lambat dibanding perkiraan semula pada kuartal ketiga, kembali memicu kekhawatiran bahwa pemulihan yang masih muda bisa gagal.
Pemerintah Jepang baru-baru ini mengumumkan paket stimulus ekonomi baru senilai 274 miliar dolar, termasuk 80 miliar dolar untuk pengeluaran baru, guna menangkis potensi resesi yang lebih dalam. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009