Kopenhagen (ANTARA News/AFP) - Usul AS mengenai 100 miliar dolar AS bagi dana iklim bersama untuk negara miskin merupakan "sinyal bagus", tetapi masih tidak cukup, kelompok besar negara berkembang mengatakan Kamis pada pembicaraan di Kopenhagen.
Lumumba Stanislas Dia-Ping dari Sudan, yang memimpin Kelompok 77 dan Blok China dari 130 negara miskin, mengatakan kepada wartawan, "Kami mengakui ini sinyal baik tapi kami harus sama-sama menyatakan bahwa itu masih tidak cukup."
Sebelumnya, Menlu AS Hillary Clinton mengatakan AS akan menyumbang pada dana senilai 100 miliar dolar AS setahun pada 2020 untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim.
Jumlah itu telah digabungkan dengan jumlah untuk pendanaan jangka panjang yang diuraikan oleh Uni Eropa.
Hillary mengatakan sumbangan itu akan berada "dalam konteks perjanjian kuat dukungan semua negara ekonomi besar terhadap tindakan penting mitigasi (gas rumah kaca) dan memberikan transparansi penuh mengenai pelaksanannya".
Dalam keadaan seperti itu "AS siap untuk bekerja dengan negara lainnya menuju tujuan memobilisasi bersama 100 miliar dolar setahun pada 2020 untuk menghadapi kebutuhan perubahan iklim", katanya.
Biaya iklim adalah salah satu masalah pokok yang dibahas pada 12 hari konferensi iklim PBB di Beijing.
Uang itu akan digunakan untuk membantu negara-negara yang lebih miskin untuk beralih ke teknologi yang lebih bersih dan menopang pertahanan mereka terhadap dampak perubahan iklim.
Dia-Ping menyatakan, "Ini sinyal dari AS yang disambut baik, tapi kami dengan jelas perlu untuk mempelajari dengan hati-hati yang AS tawarkan itu dan mengapa 100 miliar dolar AS ketika kita tahu dengan baik sekali bahwa kita membutuhkan 400 miliar dolar AS dalam jangka pendek".
Ada juga masalah penting mengenai siapa yang akan mengatur uang itu, tambahnya.
"Ada banyak pertanyaan untuk dijawab sebelum kami memberi anda sungguh-sunggu jawaban akhir kami. Tidak cukup untuk dengan sederhana mengatakan 100 miliar akan bisa didapat, kami perlu mempelajari perincian mengenai jumlah uang itu," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009