Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta para mahasiswa dan kalangan muda Indonesia tetap harus bersiap diri menghadapi kompetisi global yang semakin ketat sekaligus harus siap berkolaborasi dan mengelaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan pihak yang tidak disukai.

"Karena ketatnya persaingan di bidang teknologi informasi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan sampai mengeluarkan executive order melarang platform aplikasi milik China, Tik Tok dan We Chat, beroperasi di Amerika Serikat. Presiden Trump menggunakan alasan keamanan nasional sebagai dalih pelarangan. Padahal sebagaimana ramai diberitakan, pelarangan tersebut agar Whatsapp dan juga facebook yang notabene perusahaan milik Amerika Serikat tak kalah saing," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Hal itu dikatakannya saat mengisi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan, pelarangan Tik Tok di Amerika Serikat bukan tanpa sebab, berdasarkan data Statista pertanggal 30 Juni 2020, pengguna Tik Tok di Amerika Serikat sudah mencapai 45,6 juta pengguna.

Menurut dia, Presiden Trump sebelumnya juga sudah menegaskan agar Tik Tok dan We Chat bisa beroperasi di Amerika Serikat dan harus menjual kedua aplikasi tersebut kepada perusahaan milik Amerika Serikat.

"Menandakan bahwa kompetisi dan kolaborasi itu nyata, seperti dua sisi dalam keping mata uang logam bahkan sampai mengharuskan presiden dari negara 'super power' turun tangan," ujarnya.


Baca juga: Bamsoet ajak bangun karakter anak melalui Empat Pilar MPR RI

Politisi Partai Golkar itu mengatakan, sejak 2009 pemerintah China juga sudah terlebih dahulu melarang berbagai platform aplikasi asal Amerika Serikat seperti facebook, Google, Twitter, hingga Instagram.

"Dikenal dengan Great Firewall, tak ubahnya seperti Great Wall atau Tembok Besar China) dalam menghalau berbagai musuhnya di masa lalu. Jika dari platform aplikasi saja, Amerika dan China sudah bersaing secara ketat, apalagi bidang militer dan ekonomi," ujarnya.

Bamsoet mengatakan tatkala Amerika Serikat dan China saling berseteru menjadi "pioneer" di berbagai "platform" aplikasi, Indonesia tidak boleh sekadar menjadi penonton ataupun konsumen dan memiliki bonus demografi yang luar biasa, dengan jumlah pemuda rentang usia 16-30 tahun diperkirakan mencapai lebih dari 64 juta jiwa.

Potensi tersebut menurut dia, seharusnya menjadi modal sosial yang kuat bagi Indonesia untuk mengambil peran dalam percaturan ekonomi dan politik dunia.

"Mark Zuckerberg meluncurkan facebook pada usia 20 tahun. Larry Page dan Sergey Brin mengenalkan Google saat berusia 25 tahun. Sementara Zhang Yiming yang berusia 35 tahun, adalah tokoh penting dibalik berdirinya perusahaan ByteDance sebagai induk aplikasi Tik Tok," katanya.

Di Indonesia menurut dia, ada Nadiem Makarim yang memperkenalkan platform Go-Jek pada usia 27 tahun dan dunia masih menunggu lahirnya pemuda lain asal Indonesia yang mampu mengguncang dunia melalui berbagai karya.

Turut hadir dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI tersebut antara lain Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Wulan Sari Aliyatus Sholikhah, dan Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Zulhilmi Amrullah.

Baca juga: Gandeng PARFI-56, Bamsoet gagas festival film pendek Empat Pilar MPR

Baca juga: Gus Jazil ajak masyarakat perkuat Pancasila untuk bangun bangsa

Baca juga: Ketua MPR terima pengurus KAHMI bahas RUU HIP dan empat pilar

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020