tetap harus diperhatikan juga bagaimana agar bantuan pemerintah tidak merusak mekanisme pasar
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan UKM menekankan pentingnya gotong royong dan kolaborasi untuk memulihkan bisnis para pelaku UMKM dari pandemi COVID-19.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari, mewakili MenkopUKM dalam acara webinar bertajuk “Gotong Royong untuk #JagaUMKMIndonesia”, mengatakan bahwa sejak awal pandemi pihaknya mengedepankan konsep gotong royong untuk memulihkan usaha para pelaku UMKM di Indonesia.
“Sejak awal pandemi terjadi, yang dikedepankan Kementerian Koperasi dan UKM adalah gotong royong, karena ada refocussing dan restrukturisasi anggaran terkait program yang sebelumnya direncanakan, kemudian menjadi berbeda maka harus didesain ulang, disesuaikan," katanya di Jakarta, Selasa.
Fiki pun menegaskan bahwa “kolaborasi” menjadi kata kunci dalam kondisi pandemi. Pihaknya mendata dan mengumpulkan laporan dari para pelaku UMKM yang terdampak pandemi melalui berbagai jalur, yang kemudian mendapatkan setidaknya ada 300.000 laporan.
“Kami menerima lebih dari 300.000 laporan, sudah dihimpun secara daring, by name, by address, by NIK, geotagging, sampai dengan business intelligence-nya sehingga ini dijadikan dasar bagi kita untuk mendesain program, yang bukan hanya cepat, tapi juga tepat sasaran," kata Fiki.
Laporan yang berjumlah ratusan ribu itu diharapkan menjadi sampel persoalan yang dihadapi seluruh populasi UMKM di Indonesia. Dari situlah kemudian pihaknya akan mendesain program yang memberikan dampak dan solusi terbaik bagi UMKM di tengah pandemi.
Fiki mengatakan ada tiga fase yang dilakukan dalam upaya pemulihan ekonomi bagi sektor koperasi dan UMKM, yakni mitigasi, reaktivasi atau recovery, dan regrow agar kembali sustain.
Dalam fase mitigasi atau “survive”, bansos diberikan kepada UMKM agar usaha tidak berhenti seketika.
“Namun, tetap harus diperhatikan juga bagaimana agar bantuan pemerintah tidak merusak mekanisme pasar. Misalkan, bantuan bahan pokok dibeli dari warung kelontong, sehingga warung-warung tetap hidup usahanya," katanya.
Kemudian, dalam fase reaktivasi atau “recovery”, diperlukan sosialisasi, termasuk narasi rasa aman yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat. Hal itu juga termasuk mendorong dan mengedukasi para pelaku UMKM untuk tetap menjaga protokol kesehatan dalam menjalankan usahanya.
Dalam fase ketiga, yakni penumbuhan kembali, pemerintah mendorong bantuan produktif untuk usaha mikro. “Program PEN dengan Rp123,46 triliun ini fase pengembangan UMKM, untuk masuk selanjutnya, yaitu ‘regrow’, agar sustain atau dapat berkelanjutan," katanya.
Kemenkop UKM juga mendorong penguatan kelembagaan koperasi dan reposisi konsolidasi, dalam hal ini koperasi sebagai badan hukum yang dianggap paling sesuai di tengah pandemi terkait prinsipnya yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.
“Sampai saat ini koperasi-koperasi yang ada di Indonesia mendapatkan perhatian khusus. Termasuk kita juga sudah menetapkan LPDB KUMKM yang terfokus pada pembiayaan koperasi, khususnya yang bergerak di sektor riil," kata Fiki.
Baca juga: Kemenkop sebut empat perbankan ajukan dana talangan PEN
Baca juga: Peneliti: Penggunaan teknologi digital buat UMKM bertahan saat pandemi
Baca juga: Kemenkop perbanyak edukasi pelaku koperasi dengan pelatihan daring
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020