Kopenhagen (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis pagi waktu Kopenhagen dijadwalkan menyampaikan pandangan Indonesia terhadap perkembangan terakhir KTT Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) dan juga mengenai harapan dari kesepakatan yang akan dicapai dalam konferensi tersebut.

Jadwal resmi dari pihak penyelenggara menyebutkan, dalam sesi pertemuan para pemimpin negara pada 17 Desember 2009, Presiden Yudhoyono menempati urutan kedelapan dari 18 Kepala negara dan kepala pemerintahan yang menyampaikan pandangannya dalam Konferensi Para Pihak (COP) ke-15 di Kopenhagen.

Pertemuan yang berlangsung di Bella Center, Kopenhagen, dimulai pada pukul 10:00 waktu setempat dan untuk sesi pertama akan selesai pada pukul 13:00 waktu setempat. Sebelum Presiden Yudhoyono, berturut-turut kepala negara yang menyampaikan pidato dan pandangannya adalah Presiden Meksiko Felipe Calderon Hinojosa, PM Australia Kevin M.Rudd, PM Yunani George Papandreou, PM Albania Sali Berisha, Presiden Gabon Ali Bongo Ondimba dan Presiden Kiribati Anote Tong

Sebelumnya, dalam konferensi pers usai bertemu PM Norwegia Stoltenberg, Presiden Yudhoyono mengatakan ada lima hal yang akan disampaikannya dalam pidato di depan para pemimpin dunia.

"Yang pertama, dunia. Kita semua sepakat untuk tidak ada toleransi kenaikan suhu tidak lebih dari dua derajat. Itu rujukan utama," kata Presiden.

Hal kedua, menurut Presiden, adalah berkaitan dengan pandangan pada rekomendasi pertama. Negara maju harus meningkatkan pengurangan emisi dari yang sudah ditetapkan sekarang. Dengan demikian, negara maju bisa menyumbangkan pengurangan emisi yang cukup agar suhu tidak naik lebih dari dua derajat.

"Yang ketiga, negara berkembang juga harus mempunyai rencana aksi sukarela seperti yang telah dilakukan Indonesia yaitu mengurangi emisi hingga 26 persen pada 2020," tegas Presiden.

Rekomendasi Indonesia yang keempat adalah perlunya asistensi. Bantuan bagi negara berkembang dalam peningkatan kapasitas maupun kemampuan mitigasi sehingga negara berkembang juga dapat memberikan sumbangan bagi pencegahan pemanasan global.

Rekomendasi kelima adalah agar negara maju dan berkembang bersama-sama memastikan jumlah bantuan berjalan sesuai dengan yang disepakati maka diperlukan suatu sistem pengawasan namun yang dipantau bukan hanya negara berkembang, tapi juga bantuan negara, progres dan implementasi bantuan negara maju terhadap negara berkembang juga harus dimonitor.

"Termasuk berapa jumlah emisi yang mampu dikurangi, harus ada pengukuran yang reliabel sehingga tidak membuat kebingungan pada tingkat global. Indonesia menggarisbawahi pentingnya pengelolaan hutan. Dan itu akan dilakukan terus sehingga sasaran pengurangan emisi hingga 26 persen akan kita capai," kata Presiden.

Sebelumnya Presiden berkomunikasi intensif dengan Presiden Perancis Sarkozy, Presiden Komisi Eropa Barosso dan Kanselir Angela Merkel terkait upaya mencegah kebuntuan dalam perundingan di Kopenhagen, dan Rabu malam Presiden bertemu dengan PM Norwegia Jens Stoltenberg.

"Saya tadi bertemu dengan PM Norwegia yang jadi mitra kita untuk banyak hal, kita saling bertukar pikiran alternatif apa yang bisa ditempuh agar Kopenhagen tidak gagal," kata Presiden.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009