Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor manufaktur yang harus dijaga agar tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid 19.
Berdasarkan data BPS sektor tersebut masih mampu tumbuh positif pada triwulan II tahun 2020 sebesar 0,22 persen secara tahunan (y-o-y).
“Pertumbuhan positif sektor industri mamin ini merupakan momentum yang harus terus dijaga dan juga ditingkatkan sehingga dapat konsisten memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Kemenperin pacu industri makanan dan minuman terapkan teknologi 4.0
Ia menjelaskan beberapa komoditas unggulan yang memacu kinerja industri mamin tersebut, antara lain produk olahan ikan, mi, dan kopi.
“Selain itu, pertumbuhan sektor industri ini juga didukung oleh peningkatan nilai ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan minyak inti kelapa sawit (PKO),” ungkapnya.
Menurut Rochim, guna menjaga tren positif di sektor industri mamin, salah satu langkah penting yang menjadi fokus utama dari Kemenperin adalah mendorong ketersediaan bahan baku agar bisa mencukupi kebutuhan produktivitas manufakturnya.
Dalam hal ini, Kemenperin aktif berkoordinasi dengan para stakeholder terkait baik di tingkat kementerian maupun pelaku industri agar bisa berjalan lancar.
“Bahkan, kami telah bertemu dengan salah satu deputi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menjajaki kemungkinan penyelenggaraan suatu event pada libur panjang nanti di akhir tahun untuk mendorong konsumsi masyarakat sekaligus untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri mamin di dalam negeri,” paparnya.
Baca juga: Kemenperin: Industri makanan dan minuman penyumbang ekspor terbesar
Hal lain yang juga membantu sektor industri mamin tumbuh positif adalah mulai dibukanya pusat perbelanjaan dengan penerapan protokol kesehatan.
“Selain itu, di tengah kondisi pandemi, masyarakat membeli cukup banyak beberapa produk makanan olahan melalui online,” ujarnya.
Rochim optimistis, kinerja industri mamin masih dapat tumbuh positif untuk periode berikutnya yang tergantung pada dua hal penting, yaitu kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan yang kedua adalah perkembangan dari pandemi Covid-19 yang diharapkan dapat segera menurun dan hilang dari Indonesia.
"Apabila kedua hal ini tercapai, kami memproyeksikan industri mamin dapat tumbuh sekitar 3 persen pada akhir tahun 2020,” tuturnya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan industri mamin menjadi salah satu sektor andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Peran penting sektor strategis ini terlihat dari kontribusinya yang konsisten dan signfikan terhadap produk domestik bruto (PDB) industri nonmigas.
“Industri mamin merupakan salah satu sektor yang memiliki demand tinggi ketika pandemi Covid-19. Sebab, masyarakat perlu mengonsumsi asupan yang bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuhnya dalam upaya menjaga kesehatan,” katanya.
Menperin mengungkapkan, industri mamin juga sebagai sektor usaha yang mendominasi di tanah air, terutama industri kecil menengah (IKM). Hal ini yang menjadi tumpuan bagi berputarnya roda ekonomi nasional.
“Sesuai aspirasi pada peta jalan Making Indonesia 4.0, kami menargetkan industri mamin akan mampu merajai di wilayah Asia Tenggara,” ujarnya.
Agus menyebutkan, sudah banyak produk mamin produksi Indonesia digemari konsumen mancanegara. “Misalnya, mi instan kita yang sangat diminati oleh negara-negara di Afrika,” tuturnya.
Pada semester I tahun 2020, industri mamin memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor pada sektor manufaktur, dengan angka menembus 13,73 miliar dolar.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020