Memang ada petani yang sudah memanfaatkan perbankan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR), namun masih ada yang belum sehingga fungsi perbankan dalam memberikan dukungan kepada petani perlu ditingkatkanKudus (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan Subhi menganggap fungsi perbankan belum memberikan dukungan maksimal terhadap petani, mengingat hasil pertemuannya dengan sejumlah petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, masih ada yang mengandalkan dana sendiri untuk mengolah hasil pertanian.
"Memang ada petani yang sudah memanfaatkan perbankan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR), namun masih ada yang belum sehingga fungsi perbankan dalam memberikan dukungan kepada petani perlu ditingkatkan," ujarnya di sela-sela kunjungannya di Desa Sertrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus untuk berdialog dengan petani cabai di Kudus, Senin.
Hasil kunjungan ini, lanjut dia, akan menjadi bahan untuk menyuarakan agar peran perbankan ditingkatkan. Terlebih masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, petani juga membutuhkan bantuan.
Bagi petani yang sudah memanfaatkan permodalan dari perbankan, maka saat ini bisa mendapatkan kelonggaran masa pembayaran, jika perlu bunga pinjamannya ikut dikurangi.
Baca juga: Komite COVID-19 pastikan penyaluran bantuan modal kerja tepat sasaran
"Kami akan menggali fakta baru di lapangan terkait fungsi bank sebagai intermediasi UKM, petani, maupun pedagang," ujarnya.
Nasib petani ketika harga jualnya jatuh seperti yang dialami para petani cabai di Kabupaten Kudus ini, kata Fatan Subhi yang juga politisi PKB, perlu mendapatkan perhatian karena sangat menderita dengan harga jualnya yang sangat rendah.
Jika awal tahun 2020 harga jual cabai mencapai Rp40.000 per kilogram, kini anjlok menjadi Rp8.500 per kilogram.
Kunjungannya dalam masa reses DPR RI ini, kata dia, memang dimanfaatkan untuk melihat semua produk pertanian dari awal produksi hingga akhir, termasuk pembiayaan dan pemasarannya, serta ketersediaan pupuk, hingga bibit.
Baca juga: Pemerintah perkirakan realisasi KUR 2020 capai Rp160 triliun
Untuk itulah, kata dia, Komisi XI DPR RI perlu turun langsung ke lapangan untuk menyerap aspirasi masyarakat demi menjaga agar petani tetap mau terus berproduksi.
"Jika tidak diberikan perhatian secara serius, tentunya mereka bisa beralih ke profesi lain karena dunia pertanian dianggap tidak menarik. Di sisi lain, pemerintah menggembar-gembor adanya sarjana petani yang terjun ke desa, supaya lahan tetap produktif dan persawahan bisa terus ditanami," ujarnya.
Mulyono, salah satu petani cabai mengakui dirinya belum merasakan adanya bantuan dari pemerintah, sedangkan usaha di bidang pertanian saat ini cukup susah.
Selain soal permodalan, dirinya juga harus berjuang melawan hama yang cenderung serangannya meningkat setiap musimnya, sedangkan harga jualnya sangat berfluktuasi karena saat ini anjlok hingga kisaran Rp8.500 sampai Rp9.000 per kilogram.
Baca juga: Harga cabai jatuh, Kementan fasilitasi sewa cold storage untuk petani
"Saya berharap mendapatkan bantuan permodalan dengan bunga ringan, serta pemerintah juga perlu ikut andil menentukan harga jual cabai agar stabil, tidak berfluktuasi secara berlebihan seperti sekarang," ujarnya.
Kondisi serupa juga dialami petani tanaman kopi di Desa Colo, Kecamatan Dawe, yang berharap kepada Fathan Subhi agar bisa memfasilitasi mereka mendapatkan bantuan permodalan dari perbankan, mengingat masa pandemi COVID-19 banyak petani yang menjual dalam bentuk biji demi mendapatkan uang secepatnya.
Selain untuk membeli bahan baku, modal tersebut juga akan digunakan untuk membeli peralatan agar bisa meningkatkan kapasitas produksinya.
Baca juga: Permintaan turun, petani kopi Kulon Progo jual kopi secara daring
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020