Jakarta (ANTARA News) - Pengamat migas, Effendi Siradjudin memprediksi harga minyak dunia dalam waktu satu hingga dua tahun mendatang akan mencapai 100 dolar AS per barel.

"Harga minyak 100 dolar per barel dalam waktu dekat bisa 100 dolar AS per barel. Dalam waktu satu hingga dua tahun ke depan," kata Effendi usai berbicara dalam seminar Energy Outlook: Quo Vadis Perpanjangan Production Sharing Contract di Perum LKBN ANTARA, Jakarta, Selasa.

Prediksi tersebut, menurut dia, berdasarkan pada perkiraan konsumsi minyak dunia, dimana pada tahun 2030 akan mencapai sekitar 130 juta barel per hari.

Saat ini, ungkap Effendi, produksi minyak dunia mencapai 105 juta barel per hari. Sedangkan konsumsi minyak dunia telah mencapai 85 juta barel per hari.

"Jadi ketergantungan minyak dunia akan semakin besar di masa depan, karena itu harga sudah pasti akan segera naik," ujar dia.

Alasan lain yang memperkuat bahwa konsumsi minyak dunia akan meningkat tajam, yakni adanya perbaikan ekonomi dari krisis keuangan global dalam kurun waktu dua hingga tahun ke depan.

"Kebutuhan minyak di saat itu akan melonjak drastis. Yang paling saya takutkan kalau pemerintah harus menaikan harga bahan bakar sehingga rakyat menjadi tidak sabar, dan negara ini bisa terancam," tegas Effendi.

Apalagi, lanjut dia, diversifikasi energi dunia saat ini, seperti panas bumi, energi angin, tenaga surya, bahan bakar nabati, dan lainnya hanya mampu menutup 25 persen kebutuhan energi dari minyak dunia.

Sementara itu, tercatat bahwa dalam kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet pengiriman bulan Januari, naik 21 sen menjadi 69,72 dolar per barel pada Selasa sore. Sedangkan minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik 20 sen menjadi 72,09 dolar.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009