Jika ada 'link and match' pendidikan vokasi, insya Allah semuanya terserap
Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Ketenagakerjaan, Vokasi, dan Kesehatan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Sari Pramono mendukung peningkatan pendidikan vokasi agar lulusannya bisa terserap di pasar tenaga kerja serta mendorong link and match dunia vokasi dengan usaha.
"Jika ada link and match pendidikan vokasi, insya Allah semuanya terserap. Kami harus banyak bersinergi dengan dunia kampus karena melahirkan calon pekerja untuk kita, jadi harus ada kesesuaian. Keterampilan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Baca juga: HIPMI dorong pengusaha muda berkecimpung di bisnis pertanian
Sari mengatakan peran sumber daya manusia (SDM) sangat penting bagi perekonomian sebuah negara dan salah satu input penting bagi pembangunan industri yang berdaya saing.
Pada 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan jumlah usia produktif mencapai 64 persen dari total penduduk 297 juta jiwa.
"Sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia, dibutuhkan kerja sama dan dukungan dari industri sebagai faktor penting terselenggaranya pendidikan kejuruan dan vokasi yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja. Sementara sebesar 60 persen, di Indonesia masih tamatan rendah yaitu SMP ke bawah," ucapnya.
Oleh karena itu, Hipmi berkomitmen membantu pemerintah dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja di lingkungan perusahaan maupun mendorong program pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kerja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lulusan SMK mendominasi tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada Februari 2017 hingga Februari 2019.
Dengan demikian, menurut Sari, pembangunan kualitas SDM harus melalui pengembangan vokasi.
Pengembangan itu di antaranya dengan mendorong keterlibatan di dunia usaha dan dunia industri, pemberian beasiswa untuk pendidikan vokasi, peningkatan kompetensi tenaga pendidik vokasi, penyesuaian kurikulum pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri dan teknologi, revitalisasi pendidikan tinggi vokasi, serta penyusunan regulasi terkait sistem mekanisme pembelajaran standar nasional pendidikan.
"Minat wirausaha juga perlu disampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk masuk ke dalam kurikulum pengajaran, agar minat jadi pengusaha dapat dipupuk sedini mungkin dan menjadi salah satu pilihan profesi," ungkapnya.
Sari menambahkan lesunya perekonomian di masa pandemi bukan berarti menghalangi lulusan pendidikan vokasi untuk mendapatkan pekerjaan.
Lulusan yang memiliki keterampilan teknis yaitu dari bidang vokasi maupun kejuruan, diyakini memiliki peluang untuk mendapat pekerjaan pada situasi krisis.
"Sekarang kalau mereka jeli melihat peluang kerja dan dapat koneksi, mungkin bisa melamar kerja. Ada beberapa industri yang bergerak, bahkan labanya bertambah. Tidak semua industri pada era new normal ini mati, tapi ada yang justru menyerap keuntungan lebih banyak," tuturnya.
Baca juga: Dirjen : Kurikulum vokasi harus disusun bersama dengan industri
Baca juga: Mendikbud tegaskan pentingnya sinergi pendidikan vokasi dan pebisnis
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020