Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menginginkan perjanjian kerjasama strategis dengan Indonesia dalam segala bidang lewat sebuah kerjasama yang disebut kemitraan strategis tanpa batas, kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu bertemu Presiden Sarkozy, di Istana Elysee Paris, Perancis, Senin (14/12),pukul 17.00 waktu setempat, atau pukul 23.00 WIB, Marty mengatakan, Prancis sangat lugas mengatakan adanya keinginan untuk memulai kemitraan strategis antara kedua negara.
"Prancis sangat lugas menekankan Indonesia sebagai negara yang berpengaruh secara global dan ingin adanya kemitraan strategis tanpa batas," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Marty menambahkan, potensi kerjasama strategis itu sangat terbuka di berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, teknik, sosial budaya dan juga politik.
"Tahun depan (2010) adalah peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara dan itu merupakan momen yang tepat untuk mencanangkan kerjasama strategis itu. Presiden Sarkozy direncanakan mengunjungi Indonesia pada 2010 atas undangan Presiden Yudhoyono," kata Marty.
Selain membicarakan tentang peningkatan hubungan kedua negara, menurut Menlu, juga dibicarakan tentang KTT Iklim yang berlangsung di Kopenhagen dan kedua pihak sepakat untuk terus berkomunikasi demi tercapainya sebuah kesepakatan yang kuat dalam pertemuan tentang iklim tersebut.
Sementara dalam kerangka kerjasama G-20, keduanya membahas bagaimana peran Indonesia dan Prancis dalam kelompok negara tersebut, terlebih pada 2011 Prancis akan menjadi ketua kelompok negara tersebut.
"Disinggung juga perlunya ada keterwakilan negara berpenduduk Islam di Dewan Keamanan PBB. Ini juga bisa merupakan pengakuan potensi yang bisa diberikan Indonesia dalam kerangka dewan keamanan PBB," katanya.
Pemerintah Prancis, menurut Marty, menghargai usaha Indonesia untuk mengatasi masalah Myanmar di kawasan Asia Tenggara.
Hal penting yang dicapai dalam pertemuan sekitar satu jam di Istana Kepresidenan Prancis itu adalah disepakatinya kebijakan bebas visa bagi diplomatik dan dinas dari Indonesia ke Prancis.
Hal terpenting yang diperoleh dari pertemuan Presiden Yudhoyono baik dengan Sarkozy maupun dengan Presiden Komisi Eropa Barosso pada Senin (14/12) adalah pemahaman berbagai negara bahwa Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh di kawasan namun juga memiliki pengaruh dan kepentingan yang bersifat global.
"Ini yang harus kita amankan," tegas Marty. Terkait kerjasama strategis, Marty mengatakan, saat ini akan segera dirumuskan pemahamannya dan sektor kerjasama sehingga secepatnya bisa dilaksanakan kerjasama tersebut.
Bertemu pengusaha
Sebelum bertemu dengan Presiden Sarkozy, Presiden Yudhoyono juga menerima delegasi pengusaha Prancis di Hotel Paris Le Grand Hotel untuk mendengarkan secara langsung masukan dan pandangan pengusaha Prancis yang akan menenamkan investasinya di Indonesia.
Pada perrtemuan itu Presiden juga menjelaskan peluang dan kesempatan yang ada serta semakin baiknya iklim usaha di Indonesia.
Menurut Marty, pada pertemuan itu para pengusaha Prancis mengaku ingin lebih banyak menanamkan investasinya di Indonesia.
Presiden Yudhoyono Selasa (15/12) pukul 07.00 waktu Paris atau pukul 13.00 WIB akan bertolak menuju Berlin, Jerman, untuk melanjutkan kunjungan kenegaraan.
Ikut dalam rombongan sejumlah menteri antara lain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menperin MS Hidayat, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana, dan juga sejumlah gubernur seperti Fauzi Bowo, Awang Farouk, Irwandi Yusuf.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009