New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak dunia terhuyung-huyung pada Senin waktu setempat, turun di New York untuk sembilan sesi berturut-turut di tengah kekhawatiran pasokan melebihi permintaan bahkan ketika ekonomi global pulih.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk Januari, turun 36 sen menjadi ditutup pada 69,51 dolar per barel. Harga pada hari sebelumnya jatuh ke 68,59 dolar -- titik terendah sejak 5 Oktober.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik satu sen menjadi menetap di 71,89 dolar per barel di perdagangan London.

Kecenderungan harga minyak menunjukkan bahwa ekonomi global, meskipun keluar dari resesi, mungkin tidak cukup kuat untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi, sementara persediaan meningkat.

"Minyak masih ditahan kembali oleh beban pasokan," kata Phil Flynn di PFG Best Research.

Flynn mengatakan bahwa meskipun OPEC berusaha untuk memangkas produksinya, ia melihat "tanda-tanda bahwa OPEC lebih curang setiap harinya.

"Curang terbesar adalah Iran dan Angola, tetapi juga, percaya atau tidak, produksi Nigeria telah kembali lebih cepat dari yang diperkirakan setelah negara itu terganggu dengan serangan pemberontak pada infrastrukturnya," ia menambahkan.

Analis konsultan energi Purvin and Gertz, Victor Shum mengatakan kekhawatiran melesunya permintaan energi AS melemahkan minyak.

"Permintaan AS lemah, menambah beban pada minyak," kata Shum.

Amerika Serikat adalah pengguna minyak terbesar di dunia, tetapi permintaannya telah dipengaruhi oleh kemerosotan ekonomi terburuk sejak Depresi Besar.

Dalam beberapa hari dan minggu-minggu, harga minyak telah tertekan akibat penguatan mata uang AS, yang membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah. Yang cenderung mengurangi permintaan dan harga.

Sementara itu, para pedagang mengubah pikiran mereka untuk pertemuan mendatang produsen minyak OPEC akhir bulan ini.

Irak akan menjadi "pemain besar" di pertemuan OPEC di Angola lebih dari alokasi kuota produksi minyak mentah menyusul serangkaian kesepakatan dengan perusahaan minyak utama, pejabat senior kedutaan AS mengatakan Minggu.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bertemu di Luanda

pada 22 Desember tidak lama setelah Baghdad ambisius menetapkan target produksi pada lelang kontrak kontrak energi dengan perusahaan asing untuk ladang minyak Irak Jumat-Sabtu.

"Mereka harus bernegosiasi dengan mitra OPEC yang satu," pejabat kedutaan di Baghdad mengatakan kepada wartawan, merujuk tujuan produksi Irak dan kuota OPEC.

"Mereka akan menjadi pemain besar yang ingin kembali ke meja, jadi mereka harus bernegosiasi dengan Arab Saudi, Iran, Venezuela dan anggota OPEC lainnya."

Irak sekarang ini memproduksi sekitar 2,5 juta barel minyak per hari (bpd).

Tapi setelah tujuh pemberian kontrak perusahaan energi asing di pelelangan, menyusul tiga transaksi yang disegel sejak lelang pertama pada Juni, bertujuan untuk menigkatkan produksi 12 juta barel per hari dalam tujuh tahun.

Sejak sanksi ekonomi dari era Saddam Hussein setelah invasi ke Kuwait 1990, Irak telah menjadi satu-satunya anggota OPEC tidak terikat oleh sistem kuota OPEC dan batas atas produksi secara keseluruhan kartel 24,84 juta barel per hari.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009