Kalau lagi panen per harinya omzet penjualan berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta
Rejang Lebong (ANTARA) - Pengembangan usaha pertanian sistem teknologi hidroponik di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu saat ini dinilai petani setempat cukup menjanjikan seiring dengan mulai meningkatnya permintaan aneka sayuran organik.

"Saat ini cukup menjanjikan, kalau lagi panen per harinya omzet penjualan berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta, di mana pembelinya selain warga Kota Curup juga ada yang datang dari luar daerah," kata Aril (40), pengelola usaha pertanian hidroponik yang berada di Simpang Empat Kelurahan Tunas Harapan, Kecamatan Curup Utara, Minggu.

Dia menambahkan, usaha pertanian modern yang dikelolanya itu memanfaatkan air yang telah diberi nutrisi sebagai media tumbuhnya, sehingga berbagai jenis sayuran seperti kangkung, bayam, sawi pakcoy dan selada air dapat tumbuh subur.
Baca juga: Cara Jakarta memenuhi kebutuhan sayuran


Pertanian hidroponik dengan skala besar di Kota Curup ini, kata Aril, adalah milik salah seorang pengusaha di daerah itu yang kemudian memberi nama usahanya ini Namar Farm Hidroponik, di mana sejak dibuka 2,5 bulan lalu sudah dua kali panen.

"Kalau luasan lahannya berukuran 20x30 meter dengan konstruksi bangunan rangka baja dan rak-rak tempat netpot tanamannya didatangkan langsung dari Jawa, untuk mesin airnya juga dari luar, dan atap plastiknya diimpor dari Turki," ujarnya pula.

Pada setiap rak tempat aneka tanaman ini berisi setiap jenis sayuran hingga 1.600 netpot atau cup, dan saat ini setidaknya sudah ada lima rak sehingga jumlah tanamannya mencapai 8.000 netpot.

"Untuk kangkung kami jual per netpot Rp1.000, kemudian sawi pakcoy per netpot seberat 100 gram Rp3.000, kemudian selada merah juga Rp3.000 per netpot, sedangkan untuk bayam Rp5.000 per empat netpot," katanya lagi.

Sayuran yang ada di kebun hidroponik yang dikelolanya itu, kata dia, selain memanfaatkan benih yang berasal dari dalam negeri, juga benih dari Malaysia, kemudian aneka sayuran ini mereka pasarkan secara online maupun pembeli datang sendiri ke kebun itu serta dikirim ke pasar dalam Kota Curup.

"Respons masyarakat cukup baik, karena semuanya organik dan alami, sehingga harganya lebih mahal dari sayuran yang ditanam biasanya. Selain itu mungkin karena yang besar baru di sini jadi setiap hari selalu ramai yang datang untuk beli sayuran ini atau hanya sekadar numpang foto selfi," ungkap Aril.

Jimi, salah seorang pembeli yang ditemui mengaku sengaja datang ke tempat itu untuk membeli sayuran dari kebun hidroponik yang ada di wilayah itu, juga sekalian ingin belajar membuat usaha serupa.

"Sekalian beli dan belajar bagaimana cara membuatnya, siapa tahu nanti ini bisa kita buat di rumah," kata Jimi pula.
Baca juga: Kebun hidroponik di rusun, DPRD DKI: Agar Jakarta tak impor sayuran

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020